Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri di Jabar Dihantui PHK Massal

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat memprediksi angka pengangguran pada 2014 meningkat akibat ketidakpastian ekonomi di kawasan itu.

Bisnis.com, BANDUNG - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Barat memprediksi angka pengangguran pada 2014 meningkat akibat ketidakpastian ekonomi di kawasan itu.

Hal itu bertolak belakang dengan pernyataan Menteri Keuangan Chatib Basri pada pekan lalu yang menyebutkan pada tahun depan pengangguran terbuka akan turun.

Wakil Ketua Apindo Jabar Ari Hendarmin mengemukakan kesempatan investor untuk berinvestasi kembali sangat kecil akibat kondisi makro ekonomi yang saat ini buruk.

"Ketidakpastian ekonomi di Jabar membuat investor mencabut investasi  sehingga berpotensi pemberhentian hubungan kerja (PHK) secara massal. Padahal, potensi perekonomian di sini sangat banyak yang belum digarap optimal," katanya kepada Bisnis Minggu (10/11/2013).

Menurutnya, salah satu contoh beberapa industri padat karya di kawasan Bogor sudah mencabut investasi mereka di Jabar dengan merelokasi perusahaan ke Jawa Tengah.

Hal itu dipicu beban produksi kian memberatkan, ditambah penaikan upah minimum kabupaten/kota (UMK) hingga rencana penaikan tarif dasar listrik (TDL).

Ari mengungkapkan beberapa industri juga mulai melirik penggunaan mesin berteknologi canggih untuk mengganti peran manusia dalam melakukan aktivitas produksi sehingga biaya pengeluaran bisa ditekan.

"Daya saing yang saat ini kian kompetitif harus menjadi pertimbangan para pekerja ke depan, serta peran pemerintah untuk mengendalikan perekonomian menjadi lebih baik," tegasnya.

Dia menjelaskan, meski dalam teori pertumbuhan ekonomi sebesar 1% dapat menyerap sekitar 400.000 tenaga kerja, namun hal itu sulit diterapkan dengan implementasi di lapangan.

"Coba lihat tes penerimaan CPNS [calon pegawai negeri sipil] yang begitu besar, itu menandakan pengangguran tidak hanya terjadi di tingkat informal, tetapi di sektor formal pun harus segera dibenahi," katanya. 

Ari mengungkapkan, tantangan yang harus dihadapi pekerja memang terletak pada kemampuan dan keterampilan tenaga kerja karena perusahaan juga banyak yang membuka lowongan pekerjaan. 

"Kami sering bekerjasama dengan pemerintah setempat untuk membuka bursa lowongan kerja. Namun pada kenyataannya pelamar yang terserap hanya sekitar 30% dari total keseluruhan," ungkapnya. (Adi Ginanjar Maulana)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Sumber : Adi Ginanjar Maulana

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper