Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jaga Buah Hati Anda dari Rayuan Webcam Child Sex Tourism

Pengguna media sosial terutama dari kalangan anak-anak sangat rentan mengalami kekerasan seksual. Untuk itu para orang tua diimbau untuk mengawasi anak-anaknya saat menggunakan internet.
Awasilah anak-anak Anda saat menggunakan internet
Awasilah anak-anak Anda saat menggunakan internet

Bisnis.com, JAKARTA - Pengguna media sosial terutama dari kalangan anak-anak sangat rentan mengalami kekerasan seksual. Untuk itu para orang tua diimbau untuk mengawasi anak-anaknya saat menggunakan internet.

"Isu kekerasan seks secara online pada anak di Indonesia tidak bisa dibandingkan dengan Filipina. Di Filipina industri kekerasan seksual anak melalui webcam (webcam child sex tourism) sudah terdeskripsikan dengan baik," kata Sudaryanto, manajer organisasi hak anak Terre des Hommes, Kamis (7/11/2013).

 

Dia memaparkan di Indonesia kasus kekerasan seksual pada anak lebih kepada penggunaan media sosial seperti Facebook atau penggunaan ponsel pintar dengan fitur Blackberry Messenger.

 

"Hampir semua anak korban kekerasan seks melalui internet menceritakan bahwa mereka bertemu dengan seseorang melalui Facebook, yang menggoda mereka untuk bekerja di industri seks. Indonesia termasuk 10 besar kasus kekerasan seksual pada anak sejak 2005," ujarnya.

Jumlah pengguna internet juga meningkat menjadi 1.000 persen dari sebelumnya 500.000 menjadi 55,2 juta orang.

Berdasarkan data ILO, terdapat setidaknya 40.000 hingga 50.000 ribu anak terjebak dalam eksploitasi seksual. Terre des Hommes melakukan penelitian dengan sebuah karakter virtual anak perempuan Filipina yang berusia 10 tahun.

Karakter virtual yang dinamai Sweetie itu, dikendalikan oleh para peneliti. Dalam waktu 10 pekan, lebih dari 20.000 predator dari seluruh dunia meminta Sweetie untuk melakukan aksi seksual melalui webcam.

"Pada saat predator berinteraksi dengan gadis kecil virtual itu, para peneliti mengumpulkan identitas predator melalui media sosial untuk membuka samarannya," kata Penasihat Program Terre des Hommes Netherlands regional Asia Tenggara, Hanneke Oudkerk.

Para predator meminta anak untuk melakukan aksi seksual, hanya lima menit sejak percakapan di internet dimulai.

Kajian tambahan Terre des Hommes Netherlands menunjukkan bahwa isu WCST itu tidak hanya mengenai kekerasan fisik saja, tetapi juga mengalami gejala post-traumatic stress.

"Mereka sering merasa malu dan bersalah dengan apa yang mereka lakukan dan menunjukkan masalah dengan sikap yang mengganggu seperti mengkosumsi alkohol atau narkoba," terang Hanneke.(antara/yus)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Editor
Editor : Yusran Yunus
Sumber : Newswire
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper