Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produk Indonesia Berisiko Terhambat dalam APEC

Bisnis.com, NUSA DUA—Indonesia diprediksi tidak bisa dengan mudah memasukkan minyak sawit mentah/CPO, karet, dan rotan ke dalam daftar produk ramah lingkungan yang baru menyusul disepakatinya tiga kriteria tambahan yang diajukan.

Bisnis.com, NUSA DUA—Indonesia diprediksi tidak bisa dengan mudah memasukkan minyak sawit mentah/CPO, karet, dan rotan ke dalam daftar produk ramah lingkungan yang baru menyusul disepakatinya tiga kriteria tambahan yang diajukan.

Pengamat pertanian Bustanul Arifin mengatakan produk agro Tanah Air khususnya sawit, karet, dan rotan masih belum sepenuhnya menunjukkan tiga kriteria yang disepakati, yakni berkontribusi terhadap pertumbuhan berkelanjutan, mengentaskan kemiskinan, dan membangun perdesaan.

“Masih banyak perkerjaan rumah yang perlu diselesaikan oleh pemerintah RI. Kalau tidak segera [diselesaikan], dikhawatirkan akan mengganggu proses negosiasi pemasukkan produk tersebut ke dalam list,” kata Bustanul saat dihubungi Bisnis.com, Senin (7/10/2013).

Dia menjelaskan yang menjadi perhatian pemerintah saat ini bukan sekadar berhasil masuk atau tidaknya ketiga produk agro tersebut dalam daftar produk ramah lingkungan, tetapi pada penyelesaian masalah yang terjadi pada masing-masing komoditas.

Bustanul menuturkan komoditas sawit, sebagai produk unggulan ekspor negara dengan julukan Zamrud Katulistiwa, masih diperlukan adanya penyempurnaan tekait implementasi Indonesian Sustainable Palm Oil System (ISPO).

ISPO adalah kebijakan yang diambil oleh Kementrian Pertanian untuk meningkatkan daya saing di pasar dunia dan mengurangi efek gas rumah kaca serta memberi perhatian terhadap masalah lingkungan.

Pemerintah, lanjutnya, harus segera mempercepat audit dan verifikasi perusahaan-perusahaan terkait dengan sawit sebagai komitmen Tanah Air dalam melaksanakan ketiga kriteria tersebut.

Terkait dengan karet, imbuhnya, pemerintah diharapkan bisa meremajakan tanaman tersebut dengan mengoptimalkan program revitalisasi perkebunan yang masih berjalan lambat dan belum banyak yang terserap oleh wanatani (agroforestry).

Masyarakat juga perlu dilibatkan dalam program ini karena 85% perkebunan karet dimiliki oleh rakyat.

Adapun, kata Bustanul, untuk komoditaa rotan sendiri tidak terlalu banyak permasalahan. Terlebih, saat ini pengusaha juga sudah tidak mengekspor rotan dalam bentuk bahan mentah.

“Disepakatinya tiga kriteria tersebut dalam forum APEC merupakan momentum yang bagus bagi pemerintah untuk menunjukkan komitmennya dengan menyelesaikan permasalahan produk agro di dalam negeri,” pungkasnya.  (ra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper