Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KTT APEC 2013: Fokus ke RCEP, TPP Ditinggal

Bisnis.com, NUSA DUA — Indonesia lebih menggarisbawahi rencana kesepakatan perdagangan bebas dalam koridor RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) pada pertemuan hari pertama CSOM (Concluding Senior Official’s Meeting) APEC di

Bisnis.com, NUSA DUA — Indonesia lebih menggarisbawahi rencana kesepakatan perdagangan bebas dalam koridor RCEP (Regional Comprehensive Economic Partnership) pada pertemuan hari pertama CSOM (Concluding Senior Official’s Meeting) APEC di Bali, Selasa (1/10/2013).

Pada saat yang sama, pembicaraan yang terkait dengan pakta Trans-Pacific Partnership (TPP) yang diinisiasi Amerika Serikat justru absen. Meski, diskusi soal kerja sama perdagangan bebas (free trade agreement/FTA) juga menjadi salah satu agenda pembahasan CSOM tersebut.

“Indonesia tidak menjadikan TPP sebagai fokus pembahasan. Saya bisa mengonfirmasi tidak ada [lobi-lobi TPP],” tegas Iman Pambagyo, Dirjen Kerjasama Perdagangan Internasional Kementerian Perdagangan RI.

RCEP adalah pakta perdagangan bebas antara Asean dan mitra dagangnya yakni Australia, China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Selandia Baru. Pakta yang diinisiasi China ini dijadwalkan efektif 2015 dan akan melingkungi lebih dari 3 miliar orang di 16 negara.

Iman menjelaskan bagaimanapun memang terdapat pembicaraan tentang perkembangan regional, yang mana Indonesia berinisiatif untuk menjelaskan secara singkat tentang negosiasi putaran kedua dari RCEP.

“Namun, hal tersebut sifatnya masih sangat umum, kok, tidak detail-detail amat. Karena kita tahu yang mau ikut TPP akan bicara detail. Tadi, Jepang sempat menjelaskan pemikiran-pemikiran mereka soal TPP. Tapi hanya sebatas itu,” lanjutnya.

Diskusi perihal putaran kedua negosiasi RCEP—yang baru dirampungkan 27 September di Brisbane, Australia—justru lebih mencuat. Saat ini, ungkap Iman, working group RCEP sudah mulai bekerja dan sampai pada tahap menegosiasikan modalitas.

SEKTOR JASA

Elemen-elemen yang jadi agenda perdagangan barang di RCEP juga sudah mulai dibahas, mulai dari komitmen tarif, pabean, kooperasi, sampai standardisasi.

“Sektor jasa juga sudah dibahas. Bagaimana nanti arsitekturnya, apa saja yang akan dimasukkan ke dalamnya. Demikian juga dengan investasi.”

Singkatnya, pembicaraan RCEP sudah sampai pada pembahasan metode request and offer. “Ketika pembicaraan sudah mulai mengarah ke model request and offer, baru kelihatan [barang] mana yang sensitif dan yang tidak. Dari sana, baru bisa diukur seberapa jauh deviasinya,” katanya.

Sebelumnya, isu lobi-lobi TPP digadang-gadang akan menjadi fokus dan mencapai titik terang pada forum APEC di Bali. Banyak pihak yang me mantau perkembangan negosiasi ter - sebut sejak sebelum dimulainya pekan APEC Leaders.

AS, Jepang, dan 10 anggota TPP yang lain pada pertemuan tingkat menteri di Brunei Darussalam Agustus lalu menyatakan optimisme TPP Summit pada 8 Oktober di Bali akan mencapai tonggak penting bagi pencapaian kerja sama dagang ambisius tersebut.

Pekan ini, Presiden Kamar Dagang AS Thomas J. Donohue dijadwalkan merapat ke Jakarta untuk kembali meyakinkan Indonesia agar mau bergabung dalam TPP sebelum negosiasi ditutup akhir tahun ini.

TPP diinisiasi AS dan memiliki 12 negara anggota dengan total PDB sekitar US$23 triliun, menurut perhitungan IMF. Di lain pihak, RCEP yang diinisiasi China dan memiliki 16 negara anggota dengan total produk domestik bruto (PDB) sekitar US$17 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bisnis Indonesia, Rabu (2/9/2013)

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper