Bisnis.com, JAKARTA- Australia mencatat rekor penurunan jumlah lapangan kerja untuk pertama kalinya secara berturut-turut dalam kurun lebih dari dua tahun sehingga membuat nilai dolar Australia (AUD) melemah.
Kondisi itu menambah beban bagi Perdana Menteri Tony Abbott yang baru saja terpilih untuk memacu pertumbuhan ekonomi.
Jumlah tenaga kerja turun 10.800 selama Agustus dari bulan sebelumnya sebanyak 11.400, menurut laporan biro statistik di Sydney. Menurut survei Bloomberg, rata-rata 28 analis memperkirakan angka itu sebesar 10.000. Sedangkan tingkat pengangguran naik 5,8% dari posisi 5,7%.
“Angka itu lebih rendah dari perkiraan dan sangat mengecewakan,” ujar Justin Smirk, ekonom senior pada Westpac Banking Corp. di Sydney. Menurutnya, kondisi itu menunjukkan adanya isyarat ekonomi tidak akan memburuk dari semua sektor dan masih perlu penurunan tingkat bunga dari bank sentral.
Pelemahan pada bursa tenaga kerja telah memperburuk ikatan koalisi pemerintahan Abbott yang baru saja menduduki pemerintahan pada 7 September. Abbott berjanji akan menurunkan pajak dan memangkas birokrasi pemerintahan untuk mendorong perekonomian di tengah tingginya minat investor pertambangan yang dipimpin China.
Bank sentral Australia memperkirakan bursa tenaga kerja akan melemah dan di bawah tren pertumbuhan sehingga menurunkan target overnight cash-rate sebesar 2,25 poin persen sejak akhir 2011, termasuk pemotongan seperempat poin bulan lalu menjadi 2,5%.
“Kami mengkonfirmasikan bahwa ekonomi sedang tumbuh sedikit di bawah tren,” ujar Stephen Koukoulas, managing director Market Economics Pty. sebagaimana dikutip Bloomberg, Kamis (12/9/2013). (ltc)