Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi China Mulai Stabil Berkat Manufaktur & Jasa

Bisnis.com, HONG KONG - Perekonomian China mulai menunjukkan tanda-tanda kestabilan setelah melambat selama 2 kuartal berturut-turut, ditandai dengan naiknya indeks manufaktur dan jasa serta peningkatan sentimen bisnis.

Bisnis.com, HONG KONG - Perekonomian China mulai menunjukkan tanda-tanda kestabilan setelah melambat selama 2 kuartal berturut-turut, ditandai dengan naiknya indeks manufaktur dan jasa serta peningkatan sentimen bisnis.

Indeks Purchasing Managers (PMI) non-manufaktur melesat ke level 54,1 pada Juli dari 53,9 pada bulan sebelumnya. Itu adalah kenaikan pertama sejak Maret, menyusul adanya peningkatan tak terduga pada PMI manufaktur. Indeks di atas 50 menunjukkan adanya pertumbuhan.

Sementara itu, indeks jasa yang dirilis oleh HSBC Holdings Plc dan Markit Economics tidak berubah dari level 51,3.

Laporan-laporan positif tersebut dapat mendongkrak keyakinan bahwa kebijakan Perdana Menteri Li Keqiang cukup membantu dalam menghindarkan Negeri Panda dari perlambatan pertumbuhan lebih jauh.

Data-data tersebut juga memberi ruang gerak bagi Li untuk mencapai reformasi struktural yang dapat mendorong pertumbuhan berkelanjutan dalam jangka panjang.

Badan perencanaan ekonomi China mengatakan pada akhir pekan lalu bahwa proyek infrastruktur yang berhubungan dengan konstruksi dan transportasi akan dipercepat. Mereka juga mengungkapkan berbagai upaya untuk membantu perusahan-perusahaan kecil dan mendorong permintaan domestik telah disertakan dalam perubahan sistem perpajakan.

“PMI seharusnya menjadi tolok ukur utama sehingga kami dapat menyaksikan stabilisasi dan adanya tanda-tanda bahwa laju perekonomian tidak melambat lebih jauh,” ujar Steve Wang, Kepala Ekonom China di Reorient Financial Markets Ltd yang berbasis di Hong Kong.

Menurutnya, banyak kebijakan pendongkrak ekonomi yang telah diterapkan sejak awal tahun ini. Pada saat bersamaan, lanjutnya, batas waktu bagi kebijakan-kebijakan tersebut semakin mendekat sehingga China harus mengalami rebound pada kuartal IV/2013.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper