Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SUKU BUNGA AS Pukul Bank-Bank Besar di Dunia

SAN FRANCISCO—Kenaikan imbal obligasi biasanya merupakan indikator pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan tingginya laba bank, tetapi hal tersebut tidak berlaku di Amerika Serikat seiring dengan akan berakhirnya kondisi bullish pasar utang pemerintah

SAN FRANCISCO—Kenaikan imbal obligasi biasanya merupakan indikator pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan tingginya laba bank, tetapi hal tersebut tidak berlaku di Amerika Serikat seiring dengan akan berakhirnya kondisi bullish pasar utang pemerintah yang telah terjadi selama 30 tahun terakhir.

Tingginya suku bunga jangka panjang dapat mengganggu pinjaman KPR dan menyebabkan kerugian dalam portofolio sekuritas bank, termasuk JPMorgan Chase & Co. dan Bank of America Corp.

Kondisi tersebut dapat dihindari hanya jika peningkatan suku bunga didorong oleh pertumbuhan ekonomi serta permintaan akan utang baru, dan bukan oleh spekulasi tentang apakah Federal Reserve akan mengurangi program pembelian obligasi bulanan senilai US$85 miliar.

“Tingginya suku bunga tanpa disokong pertumbuhan ekonomi yang berarti dapat berdampak buruk terhadap bank,” ujar Paul Miller, analis FBR Markets di Arlington Virginia seperti dikutip Bloomberg.

Miller menjelaskan banyak bank yang menempatkan portofolio di sekuritas besar dengan suku bunga yang sangat rendah, dan berusaha mendayagunakan uang mereka. Jika secara materi suku bunga naik, lanjutnya, hal-hal tersebut akan ditandai.

Pejabat eksekutif dari sejumlah bank terbesar di dunia—termasuk Wells Fargo & CO. dan Deutsche Bank AG—tengah berupaya untuk meyakinkan para investor bahwa keuntungan dari suku bunga tinggi dapat menalangi kerugian lain. Mereka juga menjanjikan laba yang lebih besar dari investasi baru, dan keuntungan yang lebih baik dari perdagangan obligasi.

Miller dan Chris Mutascio di Keefe, Bruyette & Woods mengatakan mereka merasa skeptis karena suku bunga jangka pendek yang mendasari harga pinjaman hampir mendekati rekor terendah di saat aset yang dipatok terhadap imbal jangka panjang mengalami penurunan nilai.

Bank-bank membeli obligasi—yang harganya merosot bersamaan dengan naiknya suku bunga—karena mereka merasa kesulitan mencari peminjam.

Berdasarkan data Federal Deposit Insurance Corp., sekuritas mendominasi 21% dari total aset di bank AS pada akhir Maret. Angka tersebut terus berada di atas level 20% sejak 3 bulan yang berakhir pada September 2010. Level 20% terakhir kali ditembus pada 2004. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper