WASHINGTON—Amerika Serikat mengecam keras pernyataan kasar dan menyerang dari Walikota Osaka, Jepang yang menyatakan bahwa kompleks pelacuran untuk militer Jepang selama Perang Dunia II diperlukan untuk menghibur para serdadu.
Komentar dari Walikota Osaka, Toru Hashimoto tersebut juga spontan menuai kritik keras dari China dan Korea Selatan. Kedua negara tersebut sangat sensitif terhadap pernyataan Hashimoto yang dinilai sebagai alasan pembenaran atas pelanggaran yang dilakukan sebelum maupun selama peran dunia.
Para sejarawan memperkirakan sedikitnya 200.000 budak seks yang dikenal sebagai wanita penghibur, dipaksa untuk bekerja di rumah-rumah bordir kamp militer Jepang selama Perang Dunia II.
"Komentar Walikota Hashimoto sangat kasar dan menyerang,” ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri AS, Jen Psaki sebagaimana dikutip Reuters hari ini, Jumat (17/5/2013).
Menurutnya, apa yang terjadi dengan para wanita yang diperdagangkan di era pendudukan Jepang tersebut adalah bentuk pelanggaran berat atas hak azasi manusia. Dia berharap Jepang punya keinginan baik untuk bekerja sama dengan negara tetangga untuk menyelesaikan berbagai kesalahan masa lalu.
Namun pemerintah Jepang berupaya menghindar ketika diminai pendapatnya soal komentar Hashimoto tersebut.
"Posisi pemerintah adalah bahwa kami telah menyatakan sebelumnya bahwa kami merasa sedih dan tidak bisa membayangkan atas apa yang terjadi dengan para wanita tersebut,” ujar Kepala Sekretariat Kabinet Yoshihide Suga. Namun dia tidak mau berkomentar menanggapi pernyataan Hashimoto.