Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KRISIS UTANG: Eropa Alami Resesi Terlama

BISNIS.COM, JAKARTA—Data perekonomian di kawasan Eropa yang akan dikeluarkan minggu ini kemungkinan menunjukkan krisis utang yang mengkhawatirkan sehingga akan membenamkan kawasan itu ke dalam resesi terlama sejak pemberlakuan mata uang tunggal.

BISNIS.COM, JAKARTA—Data perekonomian di kawasan Eropa yang akan dikeluarkan minggu ini kemungkinan menunjukkan krisis utang yang mengkhawatirkan sehingga akan membenamkan kawasan itu ke dalam resesi terlama sejak pemberlakuan mata uang tunggal.

Produk domestik bruto (PDB) di kawasan ekonomi beranggotakan 17 negara tersebut turun 0,1% selama 3 bulan pertama tahun ini. Kondisi itu menunjukkan penurunan selama 6 triwulan berturut-turut, menurut perkiraan 39 ekonom yang disurvei Bloomberg News. Penurunan itu akan mengalahkan rekor kontraksi ekonomi selama 15 bulan pada 2008-2009 saat terjadi krisis keuangan.

Data perekonomian tersebut akan dirilis pada 15 Mei setelah serangkaian laporan PDB nasional menunjukkan adanya kebijakan pahit yang mengakibatkan guncangan sentimen sejak krisis terjadi. Sementara itu janji Bank Sentral Eropa untuk memperketat euro telah meredakan tekanan pasar keuangan selain memulihkan kepercayaan ekonomi yang rendah selama empat bulan  serta rekor angka pengangguran yang menunjukkan risiko kemerosotan ekonomi masih akan berlanjut.

“Kami berada pada tahap yang sangat kritis saat ini dan ada sejumlah indikator dimana ketidakpastian semakin menguat sekarang,” ujar Joerg Kraemer, ekonom kepala pada Commerzbank AG di Frankfurt sebagaimana dikutip Bloomberg. Dia menambahkan bahwa sangat penting bagi kawasan euro untuk menemukan formula yang tepat antara tindakan tegas dengan tindakan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sesegera mungkin.

Para menteri perekonomian zona Eropa berkumpul di Brussels pukul  3 sore waktu setempat hari ini, Senin (13/5/2013) untuk membahas situasi tersebut di kawasan itu setelah Komisi Eropa merevisi turun perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2013 hingga 0,4%. Mereka akan diduga meninjau ulang program bantuan di Siprus dan Spanyol serta kemungkinan menghentikan bantuan ke Yunani. (mfm)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper