Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kawasan Timur Indonesia Butuh 2.000 Tenaga DOKTER

BISNIS.COM, JAKARTA--Indonesia masih kekurangan tenaga dokter, terutama saat diberlakukannya UU BPJS mulai awal tahun depan."Kita masih perlu banyak dokter. Untuk Kawasan Indonesia Timur saja perlu sekitar 2.000 orang dokter lagi," kata Prof. Ali Sulaiman,

BISNIS.COM, JAKARTA--Indonesia masih kekurangan tenaga dokter, terutama saat diberlakukannya UU BPJS mulai awal tahun depan.

"Kita masih perlu banyak dokter. Untuk Kawasan Indonesia Timur saja perlu sekitar 2.000 orang dokter lagi," kata Prof. Ali Sulaiman, Ketua Ikatan Alumni (Iluni) Fakulutas Kedokteran Universitas Indonesia, dalam diskusi membahas Quo Vadis Dokter dan Spesialis Indonesia, yang diadakan Iluni FKUI, Sabtu (9/3/2013) di RSU Bunda, Jakarta.

Jumlah dokter saat ini diperkirakan mencapai 110.000 orang, diantaranya terdapat dokter speliasiasi sebanyak 25.000 orang. Namun, jumlah itu masih kurang.

Menurut data pada 2007, katanya, perbandingan dokter dengan jumlah penduduk adalah 1:2.000 orang. Sementara di. China 1:1.900, dan Malaysia 1:1.100.  

Selain tenaga dokter masih kurang, juga penyebarannya tidak merata, masih terkonsentrasi di kota-kota besar, terutama para dokter spesialis.

"Kami sangat prihatin dengan salah saatu masalah besar yang ada di lapangan saat ini. Yaitu kurangnya tenaga dokter di kecamatan-kecamatan yang jauh dari kota besar, di daerah tertinggal, perbatasan, dan kepulauan (DTPK)," ungkap Ali dalam diskusi yang dibuka oleh Menkes Nafsiah Mboi itu.

Ali menuturkan bicara masalah Puskesmas yang berada di DTPK, akan sangat memprihatinkan.  

Di daerah itu tidak ada dokter di Puskesmasnya, terutama di wilayah Kawasan Indonesia Timur. Masih kekurangan sekitar 2.000 orang dokter lagi.

"Apalagi dengan dilaksanakannya UU BPJS pada 2014 nanti, kekurangan dokter akan sangat terasa, walau di kota-kota besar sekalipun," tambahnya.

Dia menjelaskan isu yang sering didengar mengenai dokter sering tidak betah di daerah DTPK, dan ingin segera
Kembali ke kota melanjutkan spesialisasi, sangat mungkin salah satu penyebabnya karena insentif para dokter muda tersebut dirasa sangat kurang.

"Masalah lainnya walau diberi honor yang cukup besar, tapi begitu menjelang 1 tahun bertugas, para dokter ini siap-siap meninggalkan Puskesmasnya, dan ingin studi spesialisasi," katanya.

Padahal, lanjutnya, untuk diterima di spesialisasi tidak mudah, dan relatif kecil jumlahnya, terutama di kota besar.(Rahmayulis Saleh/yop)


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yoseph Pencawan
Editor : Others
Sumber : Rahmayulis Saleh
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper