Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KIAMAT 2012: Angelina Sondakh, Presiden Perempuan, Hari Ibu Hingga... Duh, Aceng

JAKARTA--Jumat pagi tanggal 21 Desember 2012 saya membuka jendela, menatap langit, biru cerah. Kendaraan lalu lalang seperti biasa. Batin saya mengatakan bisa saja apa yang saya lihat dan rasakan itu cuma halusinasi. Barangkali dunia benar-benar sudah

JAKARTA--Jumat pagi tanggal 21 Desember 2012 saya membuka jendela, menatap langit, biru cerah. Kendaraan lalu lalang seperti biasa. Batin saya mengatakan bisa saja apa yang saya lihat dan rasakan itu cuma halusinasi. Barangkali dunia benar-benar sudah berakhir…Seorang teman bahkan menyarankan agar Kamis malam jangan tidur terlalu cepat, berjaga sampai lewat pukul satu dinihari untuk memastikan jadi tidaknya kehancuran dunia.Heboh kiamat melanda dunia sepanjang pekan ini. Walaupun para ahli astronomi berupaya meyakinkan bahwa 21 Desember 2012 cuma pergantian biasa masa kalender suku Maya—sebagaimana 31 Desember di kalender moderen saat ini–media Barat melaporkan ribuan penganut mistik dan pemimpi New Age mendatangi kuil-kuil Maya kuno di Meksiko dan Amerika Tengah, berharap bisa menyaksikan kelahiran era baru ketika hari yang dijuluki “akhir dunia” itu tiba pada Jumat fajar waktu setempat.Suku Maya sendiri, yang tersebar di Amerika Selatan, biasa-biasa saja menghadapi 21-12-12. Mereka ke kuil dan berdoa. Tak ada yang panik seperti saudara-saudara mereka di bagian dunia lainnya. Contohnya, sejumlah keluarga di Amerika Serikat yang berbulan-bulan mempersiapkan diri dengan serius menghadapi kiamat.Mereka menyiasati kemungkinan kelangkaan air bersih dan makanan, bagaimana mengatasi ketiadaan energi, kehancuran teknologi, sampai membangun sistem pertahanan canggih guna menghadapi serangan mahluk angkasa luar atau mahkluk jadi-jadian yang muncul sebagai dampak dari kehancuran kehidupan.KIAMAT ANGELINA SONDAKHKarena kiamat Bumi ternyata tidak terjadi, menarik untuk mengamati kiamat-kiamat kecil, atau yang sering disebut sebagai kiamat pribadi. Angelina Sondakh mungkin merasakan kiamat pribadi itu ketika dia mendengarkan tuntutan penjara 12 tahun dan harus mengembalikan Rp35 miliar yang dicurigai sebagai hasil patgulipatnya dengan Nazaruddin memanfaatkan anggaran pendidikan.Tentulah kiamat bagi seorang ibu jika tak bisa mendampingi putranya tumbuh besar, sementara ia menghabiskan waktunya di balik jeruji dingin penjara. Mungkinkah itu yang membuat Angie, politisi Partai Demokrat, terus meneteskan airmata setelah mendengar tuntutan hukum atas dirinya?Pekan ini jelas bukan akhir dunia bagi rakyat Korea Selatan. Selain terus meroketnya fenomena Gangnam Style, rakyat Negeri Ginseng itu  mendapatkan pemimpin baru–perempuan pertama sebagai presiden. Park Geun-Hye akan menghadapi masalah luar negeri yang tak mudah yakni dinginnya hubungan negaranya dengan Jepang dan Korea Utara.Persoalan yang mewarnai hubungan tiga negara di kawasan Asia Timur ini klasik, peninggalan Perang Dunia II yang tak pernah tuntas. Korea Utara belakangan malah makin agresif lewat peluncuran roket berpotensi menjadi rudal jarak jauh berkepala nuklir, sementara Jepang yang perekonomiannya masih terpuruk terlihat enggan meningkatkan posturnya di luar negeri.Mungkin pendekatan Park yang lebih lembut dan sabar lebih pas bagi kondisi internasional di kawasan Asia Timur Laut.  Tapi apakah dalam hal nasib perempuan Korea—yang secara kultur merupakan warga kelas dua—akan terjadi perubahan berarti karena sang kepala pemerintahan adalah seorang perempuan?Kasusnya tidak selalu demikian. Selama Indira Gandhi memimpin India, nasib perempuan malah kurang mendapatkan perhatiannya. Tak ada legislasi berarti yang meluncur pada masa pemerintahannya terkait perbaikan perlakuan masyarakat India yang patriarki terhadap perempuan. Indira Gandhi malah dikenang sebagai seorang pemimpin bertangan besi.Sabtu ini orang memperingati Hari Ibu. Banyak pesan-pesan sentimental dikirimkan kepada Ibu, yang masih hidup maupun sudah tiada. Orang terkenang kasih sayang dan kesetiaan luar biasa bunda dalam membesarkan anak-anaknya.Sejatinya Hari Ibu berangkat dari Kongres 22 Desember 1928 di Jogjakarta yang memperjuangkan hak perempuan dalam segala bidang. Perjuangan itu masih relevan sampai kini karena kekerasan terhadap perempuan dan  pernikahan dalam usia anak-anak masih terjadi (ah jadi ingat Bupati Garut Aceng Fikri…)Aceng pun mengalami kiamat pribadi pekan ini, setelah DPRD Garut bersepakat bahwa dia melakukan perbuatan tidak etis dengan menikahi perempuan di bawah umur secara siri—suatu pelanggaran terhadap aturan perilaku pejabat pemerintahan. Mahkamah Agung lah yang akan menetapkan nasib Aceng: Apakah terus menjabat atau turun alias tamat, alias kiamat beneran. (Kabar24/lt/LN) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper