Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PEREKONOMIAN AS: Masih Bisa Tumbuh di Tengah Fiscal Cliff

JAKARTA—Pemerintahan Obama diyakini akan mempertahankan perekonomian Amerika Serikat agar tidak jatuh ke jurang resesi akibat timbulnya fiscal cliff.

JAKARTA—Pemerintahan Obama diyakini akan mempertahankan perekonomian Amerika Serikat agar tidak jatuh ke jurang resesi akibat timbulnya fiscal cliff.

Kemunculan fiscal cliff disebabkan karena adanya penghentian insentif pajak untuk orang kaya dan pemangkasan anggaran yang sifatnya non produktif untuk menutup defisit.

Ryan Kiryanto, Kepala Ekonom BNI, meyakini Presiden Barrack Obama akan mempertahankan ekonomi AS agar tidak masuk ke jurang resesi. Dia memperkirakan perekonomian AS masih bisa tumbuh positif setidaknya 1,5%-2% pada tahun depan.

“Obama akan mati-matian menjaga ekonomi AS agar tidak jatuh ke lembah resesi. Ekonomi AS tetap akan positif minimal tumbuh 1,5% sampai 2%,” ungkapnya kepada Bisnis, Rabu (5/12).

Menurunya, keputusan mengenai kebijakan yang bisa memicu timbulnya fiscal cliff itu masih menunggu kesepakatan antara kubu Republik dan Demokrat.

“Tapi saya yakin, pada akhirnya akan tercapai kesepakatan karena rakyat AS sudah bosan dengan gesekan politik antara Republik vs Demokrat yang tidak berdampak apa-apa pada pertumbuhan ekonomi AS,” jelasnya.

Ryan memperkirakan apabila langkah penghematan itu diberlakukan, besaran fiscal cliff yang berkisar US$600 miliar diperkirakan akan berjangka waktu 10 tahun untuk memulihkan perekonomian Amerika Serikat (AS).

Dia juga mengungkapkan apabila pemerintah AS terus menunda-nunda keputusan mengenai penghematan ini, ekonomi AS akan berisiko terus tertekan dan mengalami penurunan rating. “Pemulihan ekonomi  dunia juga makin buruk. Apalagi ekonomi Eropa masih tertekan juga.”  

Destry Damayanti, Kepala Ekonom Mandiri, mengatakan apabila kebijakan penghematan anggaran dan penghentian insentif pajak diberlakukan secara penuh maka AS berisiko mengalami resesi ekonomi pada tahun depan.

“Jadi [fiscal cliff yang berkisar US$600 miliar] itu besar sekali. Bahkan, diperkirakan kalau dijalankan secara penuh maka AS akan mengalami resesi di 2013, terus penganggurannya juga akan meningkat,” katanya kepada Bisnis, Jumat (30/11). (if)   

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Hedwi Prihatmoko & Winda Rahmawati

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper