Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BOM DEPOK: Diduga masih ada teroris, Depok dalam pengawasan ketat

JAKARTA: Kawasan Depok yang terkenal sebagai kota pendidikan tersentak dengan kasus penggerebekan teroris di kompleks Taman Anyelir, Grand DEpok City, dan meledaknya bom di sebuah rumah di jalan Nusantara, Beji, Depok.Menurut seorang anggota Brimob,

JAKARTA: Kawasan Depok yang terkenal sebagai kota pendidikan tersentak dengan kasus penggerebekan teroris di kompleks Taman Anyelir, Grand DEpok City, dan meledaknya bom di sebuah rumah di jalan Nusantara, Beji, Depok.Menurut seorang anggota Brimob, Kelapa Dua, DEpok masih dalam pengawasan ketat karena diduga masih ada teroris di kota tersebut."Saya on call 24 jam mas, jadi tidak bisa kemana-mana," tutur anggota Brimob tersebut.Setelah adanya penggerebekan teroris Firman di perumahan Taman Anyelir, Grand Depok City, dan meledaknya bom di jalan Nusantara Beji, Depok, masyarakat kota tersebut relatif tenang dan tidak panik meski tetap waspada.Sejumlah pengurus RT/RW di kawasan Grans Depok City mengimbau warganya secara lisan untuk menyapa atau menegur setiap ada orang asing yang memasuki kompleks atau kawasan seperti mau kemana atau mencari siapa.Fandi, Ketua RT1 bahkan akan mendata secara detail warga yang akanmengontrak di kawasannya, seperti menyerahkan KTP foto copy dan surat nikah.Di milis warga Azalea, Ketua RW 6 Jul Tjahja juga mengimbau agar masyarakat ikut menjaga keamanan lingkungan sekitar, baik dari bahaya kemalingan atau teroris.Bambang, warga Sektor Melati Mas Grand Depok City, mengungkapkan di belakang rumahnya ada pengontrak yang istrinya memakai cadar dan suaminya berjenggot. Meski tak mesti orang yang penampilannya seperti itu adalah teroris, tapi Bambang tetap waspada."Tapi minggu kemarin sudah diusir pemilik rumah karena telat bayar kontrakan," ujarnya.Pihak kepolisian mengungkapkan kronologis kejadian ledakan diduga bom berdasarkan keterangan salah satu korban, bernama Mulyadi Tofik yang terjadi di Jalan Nusantara RT 04/013 Nomor 63, Beji, Depok, Jawa Barat, Sabtu (8/9) sekitar pukul 21.27 WIB.Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Rikwanto saat dihubungi di Jakarta, Minggu, mengatakan awalnya Mulyadi Topik pulang kerja dari rumah Hajjah Dewi di Pondok Kelapa, Jakarta Timur menuju lokasi kejadian pada Sabtu (8/9) sekitar pukul 21.00 WIB."Setiba di lokasi kejadian, korban (Mulyadi) melihat dua unit motor bertamu ke tempat Mr. X," kata Rikwanto kepada Antara.Tidak lama kemudian atau sekitar pukul 21.22 WIB, saksi korban melihat seorang teman dari Mr. X meloncat pagar dan seorang lainnya pergi menumpang motor."Sekitar 5 menit kemudian, terjadi ledakan yang diduga dari kamar Mr. X," ujar Rikwanto.Rikwanto mengungkapkan ledakan diduga berasal dari kamar Mr. X tersebut, terdengar hingga radius 600 meter.Ledakan yang terjadi di rumah Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara tersebut, melukai tiga orang, yakni Mulyadi Tofik Hidayat (32) dan Febri Bagus Kuncoro (20) yang menderita luka ringan. Sedangkan Mr. X (belum diketahui identitasnya) mengalami luka berat dengan kondisi tangan kanan patah, serta luka bakar sekitar 50-70 persen.Ketiganya sempat menjalani perawatan Rumah Sakit Mitra Keluarga Depok, namun korban Mr. X dipindahkan ke Rumah Sakit Polri Kramatjati, Jakarta Timur.Polisi juga telah meminta keterangan beberapa saksi, antara lain Nano Triawan (63) berprofesi sebagai tukang bangunan dan orang tua dari korban Mulyadi Topik Hidayat dan Febri Bagus Kuncoro beralamat di rumah kontrakan belakang lokasi kejadian.Selanjutnya, Wulandari (27) tercatat sebagai anak dari Nano Triawan dan berprofesi sebagai pegawai pelayan swalayan dan Lukman Fariz (45) sebagai pemilik tanah dan bangunan di lokasi kejadian.Pihak kepolisian juga menyita barang bukti berupa tiga butir granat (granat manggis dan granat asap), satu senjata api "Baretta" berisi 17 butir peluru, dua senjata api "Enggran" dalam rangkaian, 50 butir peluru 9 mm dan 30 butir peluru 22 mm.Barang bukti lainnya, berupa lima buah baterai 9 Volt, enam unit "swiching dalam rangkaian, talkit gambar pejera, laras dan magazen (manual ), serbuk hitam terdiri dari 7 kilogram potasium dan satu unit detonator elektrik, kabel serabut dan tunggal, serta enam unit paralon ukuran 11/4 inci.Rikwanto menyatakan tim gabungan Gegana, Pusat Laboratorium Forensik (Puslabfor), Inafis, Kedokteran Polisi (Dokpol) dan Polres Kota Depok melanjutkan olah tempat kejadian perkara.(api) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper