JAKARTA: Industri multifinance mulai melakukan koreksi diri atas indikasi praktik inefisiensi sumber daya dan organisasi serta ekspansi kredit yang terlalu jor-joran.Koreksi itu dipicu terutama oleh sinyal perlambatan kinerja yang diiringi ekspektasi kenaikan harga BBM serta terbitnya regulasi yang menetapkan porsi minimal uang muka pembelian kendaraan.Dua orang eksekutif di industri multifinance mengatakan koreksi atas inefisiensi organisasi dilakukan dengan menutup, menggabungkan kantor cabang/ pembantu, PHK, dan investasi teknologi.Sementara koreksi dari sisi ekspansi kredit, sambung eksekutif yang lain, ditempuh dengan menetapkan batas maksimal penyaluran kredit atau volume penjualan kendaraan di kantor-kantor cabang."Koreksi ini dilakukan oleh multifinance yang besar-besar, yang sesama kantor cabang-nya itu saling bersaing sendiri karena lokasinya terlalu dekat," kata satu eksekutif, Sabtu malam 31 Maret 2012.Koreksi juga ditempuh dengan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), terutama untuk tenaga administrasi. Namun, PHK ini dibarengi dengan investasi teknologi."Ada satu multifinance besar yang sekarang sedang mem-PHK tenaga admin lebih dari 1.000 karyawan se-Jabodetabek, dan kebanyakan adalah karyawan tetap," masih dari eksekutif tadi."Tapi PHK itu dibarengi investasi teknologi. Mereka membekali tukang tagihnya dengan I-Phone, jadi langsung bisa tunjukkan data real time tagihannya ke debitur," sambung eksekutif yang lain. (Bsi)
>>> BACA JUGA
- KINERJA EMITEN BI-27 KINCLONG
*) INGIN MEMBACA berita-berita dan memperoleh referensi terpercaya dari harian Bisnis Indonesia? Silahkan klik epaper.bisnis.com. Anda juga bisa berlangganan epaper Bisnis Indonesia dengan register langsung ke Bisnis Indonesia edisi digital.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel