Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Melongok kuil-kuil eksotis di Chiba

Jangan sekali-kali berlibur ke Jepang ketika musim panas! Nasihat itulah yang pertama kali disampaikan oleh seorang teman lama yang sering berkunjung ke negeri Sakura itu.

Jangan sekali-kali berlibur ke Jepang ketika musim panas! Nasihat itulah yang pertama kali disampaikan oleh seorang teman lama yang sering berkunjung ke negeri Sakura itu.

 

Namun, godaan berkunjung ke negara tersebut tak dapat dilewatkan begitu saja ketika tugas datang, dan ternyata: banyak yang dapat dinikmati pada musim yang katanya harus dihindari itu,

 

Tugas itu membuat kami, 25 wartawan dari delapan negara di Asia, menjadi tamu Asia Inbound Sightseeing Organization (AISO/Organisasi Pengunjung Dalam Negeri dari Asia) dan Singapore Airlines untuk mengunjungi negeri Samurai itu pada awal Juli.

 

Kunjungan itu juga didedikasikan untuk mengurangi kekhawatiran dari negara tetangga terhadap dampak nuklir di beberapa kota mereka, juga untuk mempromosikan kembali wisata Jepang yang mulai kehilangan pamornya sejak tsunami 11 Maret silam. Tentu saja, kota yang menjadi tujuan pertama kami adalah gerbang wisata Jepang, Chiba.

 

Jepang terbagi menjadi 47 prefektur (daerah pemerintahan yang setara kabupaten/kota). Prefektur Chiba, rumah dari bandara internasional Narita, merupakan salah satu daerah terpanas pada musim itu dengan suhu tertinggi 28 derajat Celcius.

 

Musim panas ternyata merupakan waktu yang tepat untuk menyaksikan ritual-ritual keagamaan unik di sejumlah kuil besar di Chiba, dan umumnya Jepang. Memang benar, kata orang, Anda belum berkunjung ke Jepang jika belum berkunjung ke kuil-kuilnya yang besar.

 

Secara umum, kuil di Jepang ada dua macam karena berasal dari dua agama yaitu Shinto (kuilnya disebut shrine) dan Shingon Buddha yang kuilnya disebut temple. Shingon adalah aliran dalam agama Buddha. Narita, kota pertama di Chiba yang kami kunjungi, memiliki salah satu kuil Buddha yaitu Narita-san Shinsho-ji (New Victory Temple), yang berdiri sejak 940 masehi.

 

Kuil itu muncul karena adanya pemberontakan samurai bernama Taira no Masakado pada 940 masehi. Alkisah, upacara pembakaran api yang dilakukan biksu bernama Kancho di depan patung dewa api Fudo Myo-o, yang sekarang bersemayam di Kuil Narita-san Shinsho-ji, dipercaya telah membuat pemberontakan padam.

 

Patung Fudo Myo-o yang diboyong dari kuil Takaosan Jingo-ji di ibukota tua Kyoto itu tiba-tiba terlalu berat ketika hendak dibawa pulang dan seakan menunjukkan bahwa sang patung tidak berniat dibawa kembali dan ingin dipetilaskan di kota Narita.

 

Keputusan akhir membuat si biksu Kancho membangun kuil Shinsho-ji yang juga berarti ‘kemenangan’, yang nantinya dipugar dan diperkaya oleh penerus-penerusnya hingga megah seperti sekarang.

 

Pada musim panas yaitu di awal Juli, di kuil Shinso-ji Anda bisa menyaksikan Festival Gion, yang digelar sebagai bagian dari ritual penyucian untuk menenangkan dewa yang menyebabkan bencana kebakaran, banjir dan gempa bumi.

 

Jika Anda tidak dapat datang pada saat festival, seperti saya, Anda masih bisa menyaksikan Ritual Goma (yang juga disebut upacara pembakaran api) yang rutin dilangsungkan lima kali sehari di Great Main Hall kuil tersebut. Goma adalah kayu yang ditulisi doa-doa dan biasanya dibeli dan dianggap sebagai sumbangan sehingga doa akan sampai ketika goma dibakar.

 

Ritual dilakukan dengan mengucapkan doa-doa dalam bahasa Jepang kuno dan diiringi tabuhan taiko (gendang/tabuh). Ingin membawa pulang keberuntungan? Anda juga bisa menitipkan tas bawaan Anda untuk diasapi di sekitar api hasil kerja si biksu dengan harapan barang-barang Anda nantinya akan membawa keberuntungan.

 

Selepas ritual, kunjungan kami lanjutkan di kompleks kuil. Di kompleks kuil itu, ada Shakado Hall tempat Shakanyorai Buddha dan pahatan relief kayu Gohyakurakan dan Nijushiko dipamerkan di sekelilingnya.

 

Ada juga Gakudo Hall tempat dipamerkannya puluhan tablet (ukiran kayu berbentuk papan berisi kaligrafi dan gambar), dan Komyodo Hall yang dihiasi jajaran papan doa di pelatarannya.

 

Kompleks kuil juga dihiasai taman seluas 16,5 hektare yang indah di musim gugur dan musim semi. Di taman itu juga terdapat Naritasan Calligraphy Museum yang sayangnya tak sempat kami kunjungi karena sedang tutup.

 

Wisata lain yang patut dikunjungi di Chiba adalah wisata bersejarah di Kota Sakura, yang termasyur sebagai kota tua-nya para pendekar samurai. Adalah desa kuno dan tradisional ala Jepang, Boso-no-mura, yang keasrian dan keasliannya masih dijaga.

 

Bangunan di pusat desa kecil itu beragam, dari rumah samurai dan petani, kuil Shinto, sistem pemadam kebakaran, toko makanan, toko yukata (kimono) dan peralatannya, toko boneka, tukang kayu, pandai besi, dan tak ketinggalan tentunya adalah warung sake.

 

Tak jauh menyusuri jalan utama kota tua itu, terdapat pula rumah samurai dan rumah petani yang dihiasi peralatan agrikultur, yang menunjukkan teknologi tinggi pada zamannya. Peralatan seperti penyimpan beras dari rumput dan alat penggiling padi yang dapat dicoba merupakan salah satu bukti majunya teknologi Jepang sejak zaman tradisional dulu.

 

Tak heran memang, karena seperti kata pemandu wisata kami, Micky-san, “Kelas petani dan perajin berada di lini kedua dan ketiga setelah kasta pendekar samurai sejak dulu, di atas kelas pedagang sejak zaman samurai.” ([email protected])

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper