Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Demonstran masih 'kepung' Wall Street

NEW YORK: Ratusan demonstran gerakan 'Pendudukan Wall Street' (www.occupywallst.org) terus menggelar aksi unjuk rasa di jantung keuangan global di Wall Street.Hari ini demonstran terlihat berkumpul di dua tempat, yakni di Trenton dan di luar

NEW YORK: Ratusan demonstran gerakan 'Pendudukan Wall Street' (www.occupywallst.org) terus menggelar aksi unjuk rasa di jantung keuangan global di Wall Street.Hari ini demonstran terlihat berkumpul di dua tempat, yakni di Trenton dan di luar gedung raksasa keuangan global Goldman Sachs Group Inc. di Jersey. Mereka bertahan dari pagi hingga malam.

 

Di halaman gedung Goldman Sachs mereka meneriakkan yel-yel 'Kami-lah yang 99%' ('We are the 99%'), mengacu pada porsi populasi warga kebanyakan di AS yang mencakup 99%, dan 1% sisanya adalah warga superkaya.

 

Namun, tak ada demonstran yang mencoba maju atau merangsek ke arah gedung. Maklum, ratusan petugas keamanan dan polisi, termasuk polisi berkuda, berdiri melindungi gedung tersebut.

 

Para karyawan bank investasi yang dikenal punya lobi kuat itu menonton aksi tersebut dari jendela-jendela gedung. Stephen Cohen, juru bicara Goldman Sachs menolak mengomentari demonstrasi itu.“Goldman Sachs punya terlalu banyak orang di pemerintahan, dan pengaruh yang terlalu kuat," kata Pat Meany, 53 tahun, yang datang ke arena demonstrasi dengan bersepeda."Kelihatannya mereka sedang mencari orang-orang kaya Amerika, dan itu bukan hal yang bagi untuk semua orang Amerika," tambahnya.Di Trenton, lebih dari 50 orang demonstran berkumpul di dekat Monumen Perang Dunia II. Mereka juga berorasi tentang praktik-praktik kotor korporasi, pengaruh uang dalam politik, perang, dan lingkungan."Tak ada alasan negara ini dijalankan dengan cara seperti sekarang ini," kata Heath Weaver, 46 tahun, penyedia jasa video amatir yang datang ke Trenton dengan selimut tidur.

 

Gerakan Pendudukan Wall Street, simbol orang-orang superkaya di AS yang mendapatkan berbagai fasilitas dan  insentif pajak, dengan yelnya 'Kami-lah yang 99%' merebak di berbagai penjuru AS beberapa pekan  terakhir.

 

Para pegiat gerakan tersebut berasal dari berbagai lapisan dan kalangan, tetapi dipersatukan oleh rasa muak terhadap pemerintahan dan korporasi global yang mengelola perekonomian secara serampangan. (Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper