Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan repatriasi ditanggapi pesimistis

JAKARTA: Sejumlah kalangan pesimistis kebijakan untuk menarik dana hasil ekspor ke dalam negeri (repatriasi) mampu memenuhi kebutuhan valuta asing nasional. Pasalnya dana tersebut bisa kembali dikirim ke luar negeri dalam denominasi berbeda. Ekonom

JAKARTA: Sejumlah kalangan pesimistis kebijakan untuk menarik dana hasil ekspor ke dalam negeri (repatriasi) mampu memenuhi kebutuhan valuta asing nasional. Pasalnya dana tersebut bisa kembali dikirim ke luar negeri dalam denominasi berbeda. Ekonom Citibank Helmi Arman mengatakan kebijakan tersebut mungkin menguntungkan untuk pasokan valas antarbank dan rupiah, tetapi tetap tidak jelas seberapa signifikan. "Ya memang akan lebih banyak likuiditas dolar di onshore akan membantu meredam kenaikan atau bahkan mengurangi, tingkat antar bank dolar pinjaman antarbank. Namun hal itu mungkin tidak secara signifikan mempengaruhi keseimbangan pasokan-permintaan di pasar FX," ujarnya dalam keterangan tertulis, hari ini. Menurut dia, ada kemungkinan eksportir akan mengkonversi ke dalam mata uang lokal wajib. Selanjutnya, eksportir mungkin bebas untuk kembali mengirimkan hasil ekspor mereka kembali ke bank luar negeri lagi, misalnya, untuk membayar pemasok luar negeri guana menghindari gangguan bisnis. Hal senada disampaikan Ekonom Indonesia Sustainable Development Dradjad H. Wibowo. Menurut dia, tingkat efektivitas kebijakan tersebut bakal rendah jik BI sendirian, karena otiritas itu tidak bisa mengendalikan dana ekspor yang diparkir di luar negeri melalui mekanisme transfer pricing, tax evasion, manipulasi dokumen ekspor, dan berbagai trik lainnya. Dia mencotohkan data ekspor dan impor BPS, diyakini tidak mencerminkan kondisi sesungguhnya karena manipulasi dokumen, sehingga BI harus melakukan kerja sama sangat erat dengan instansi lain. "Seperti dengan Kemenkeu, khususnya Ditjen Pajak dan Ditjen Bea Cukai, Kementrian Perdagangan, BPS, Pelindo dan Angkasa Pura. Diskrepansi data ekspor impor kita dengan China dan Singapura adalah bukti tidak akuratnya pendataan dan pengawasan ekspor impor kita. Kalau data lolos, tentu dana ekspor impor lebih sulit dimonitor," tuturnya. (tw) 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Saeno
Editor : Nadya Kurnia

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper