Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Spratly masih jadi ganjalan Asean dan China

BADUNG, Bali: Sejumlah negara anggota Asean,China, dan Taiwan merasa berkepentingan dengan Laut China Selatan, terutama terkait dengan kekayaan tambang minyak dan gas bumi di Kepulauan Spratly.

BADUNG, Bali: Sejumlah negara anggota Asean,China, dan Taiwan merasa berkepentingan dengan Laut China Selatan, terutama terkait dengan kekayaan tambang minyak dan gas bumi di Kepulauan Spratly.

Estimasi lembaga statistik Amerika Serikat Energy Information Administration (ELA) menyatakan di bawah Spratly terdapat sedikitnya 7 miliar barrel minyak dan 150,3 tcf (triliun cubic feet) gas alam.

Negara-negara yang berkepantingan atas cadangan migas di Laut China Selatan tersebut di antaranya Brunei, China, Malaysia, Filipina, Taiwan, Thailand dan Vietnam. Dua negara yang paling kaya cadangan migas adalah Malaysia dan Brunei.

Malaysia berkepentingan atas cadangan 3 miliar barrel minyak dan 75 tcf gas alam sementara Brunei memiliki 1,4 miliar barrel minyak dan 13,8 tcf gas alam.

Sementara Indonesia sangat berkepentingan dengan Laut China Selatan disebabkan China memasukkan Kepulauan Natuna dalam peta tahun 1947 hingga 1995 dalam teritorial ZEE mereka.

Dari sisi perdagangan internasional, Laut China Selatan sangat vital karena merupakan jalur utama menuju kota-kota utama di Asia Timur. Lebih dari 25% dari perdagangan dunia melintasi jalur itu, termasuk 70% kebutuhan energi Jepang dan 65% kebutuhan energi China.

Gangguan terhadap komunikasi,pelayaran dan navigasi di kawasan ini dan berbagai ketegangan yang diakibatkannya akan memberi dampak yang merugikan bagi kepentingan Indonesia dan kestabilan regional.

Itulah sebabnya Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengedepankan soal kepastian penanganan kepuluan di Laut China Selatan tersebut saat membuka pertemuan ke-44 Menteri Luar Negeri ASEAN di Bali Convention Center Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali hari ini.

Presiden mengingatkan Asean perlu mengirimkan sinyal kuat kepada dunia bahwa masa depan di kawasan Laut China Selatan secara optimistis dapat ditangani dan dapat diperkirakan.

"Karena itu kita harus menyelesaikan kesepakatan bersama tentang petunjuk menangani kawasan Laut China Selatan yang telah lama tertunda ini, dan setelah itu kita harus melangkah ke tahap selanjutnya yaitu identifikasi elemen dari pelaksanaan petunjuk penanganan kawasan Laut China Selatan," tuturnya.

Semakin cepat ASEAN membahas kesepakatan itu dengan China, lanjut dia, maka kawasan Laut China Selatan akan semakin mudah dikelola dan ditangani.

Presiden pun menyampaikan keyakinannya bahwa ASEAN dan China bisa segera menyepakati pembahasan tentang tata cara penanganan kawasan Laut China Selatan. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper