Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sumarni bersaksi soal kesehatan Nunun

JAKARTA: Sumarni selaku Sekretaris Nunun Nurbaeti, tersangka kunci kasus suap cek pelawat dalam pemenangan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda S. Goeltom, bersaksi soal kesehatan Nunun di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.Menurut dia, Nunun

JAKARTA: Sumarni selaku Sekretaris Nunun Nurbaeti, tersangka kunci kasus suap cek pelawat dalam pemenangan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Miranda S. Goeltom, bersaksi soal kesehatan Nunun di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi.Menurut dia, Nunun diduga menderita vertigo. Vertigo merupakan sejenis gejala penyakit yang menyerang syaraf bagian organ kepala sehingga menimbulkan perasaan berputar-putar, kepala kosong dan rasa seperti ingin pingsan.Akibat gangguan kesehatannya itu, ujarnya, Nunun yang kini diketahui masih berada di Singapura sering dikirimi obat dari Indonesia. Salah seorang dokter yang kerap memberikan resep obat untuk Nunun adalah Jusuf Misbach.Nunun adalah istri Adang Daradjatun, mantan Wakapolri yang kini jadi anggota Komisi III DPR RI dari Partai Keadilan Sejahtera daerah pemilihan Jakarta. Adang bertarung memperebutkan kursi Gubernur DKI pada Pilkada 2007 dan kalah oleh Fauzi Bowo.Dari penelusuran, Jusuf Misbach adalah dokter ahli syaraf yang cukup terkenal karena berpraktek di sejumlah rumah sakit ternama di Jakarta. Dari beliau ada tiga obat. Di kotaknya tertulis ada yang untuk seloyongan [sempoyongan], katanya hari ini.Lantaran sering jatuh pingsan, Sumarni juga mengaku pernah mengantarkan obat-obatan itu pada 2010 ke apartemen Nunun di Singapura sekaligus mengawasi perkembangan kesehatan bosnya ketika membutuhkan bantuan darurat.Hal yang mengejutkan dari keterangan Sumarni adalah dia mengaku tidak pernah tahu bahwa bosnya menderita penyakit lupa ingatan seperti yang dikabarkan selama ini. Dia juga tak tahu apakah resep yang diberikan sang dokter ada sejumlah obat untuk menyembuhkan lupa ingatan.Yang pasti, ketika dia sampai di apartemen Nunun di Singapura untuk mengantarkan obat-obatan tersebut, yang bersangkutan masih mengingat dirinya dengan baik. [Nunun] Tidak lupa. Kami sempat ngobrol sebentar untuk menanyakan kabar. Cuma itu, jelasnya.Dia juga menjelaskan Nunun sering jatuh pingsan mendadak pada saat beraktivitas di luar, termasuk ketika saat Nunun sedang berbelanja di pertokoan. Ibu tiba-tiba bisa mau jatuh. Di pertokoan juga sering jatuh dan sulit untuk berdiri, lanjutnya.Ketika disuruh menjelaskan tentang status dan lingkungan apartemen tersebut, Sumarni mengatakan apartemen tersebut milik Nunun dan dia hanya tinggal bersama seorang asisten pribadi serta seorang pembantu. Keluarga Nunun dan Adang Daradjatun sebagai suaminya tak berada di tempat itu. Setahu saya [apartemen tersebut] milik ibu sedangkan asisten dan pembantu ibu adalah orang yang sering disuruh-suruh kalau ada urusan keluar, jelasnya.Berdasarkan kesaksian Arie Malangjudo selaku mantan anak buah Nunun di PT Wahana Esa Sejati di Pengadilan Tipikor pada 9 Mei 2011, dia membenarkan Nunun memiliki apartemen di Singapura yang terletak di Orchad Road, Scotts 28. Menurut Arie, apartemen tersebut ditaksir senilai Rp15 miliar. Nunun, lanjutnya, menggunakan dana PT WES untuk membeli apartemen yang terbilang sangat mewah itu. Harganya sekitar Rp15 miliar, kata Arie saat itu.Ketika dihubungi terpisah, Ina Rahman selaku kuasa hukum Nunun Nurbaeti menilai Komisi Pemberantasan Korupsi memperlakukan kliennya seperti seorang teroris yang terus diburu sementara surat resmi penetapan Nunun sebagai tersangka belum diterima pihak kuasa hukum maupun keluarga.Justru, KPK dinilainya bertindak gegabah lantaran mencabut paspor Nunun secara diam-diam. Kami jelas sangat kecewa. KPK tidak adil karena klien saya diperlakukan seperti teroris, ujarnya ketika dikonfirmasi hari ini.Selain itu, KPK dinilai terlalu berlebihan dengan mengumumkan akan bekerja sama dengan pihak interpol Singapura. Atas perlakuan itu, lanjut Ina, dirinya siap menghadapi KPK apabila kliennya berhasil dihadirkan.Sebagai kuasa hukumnya, saya tentu siap menghadapi KPK, ujarnya. (ln)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper