Harry Waluyo, Direktur Penelitian dan Pengembangan Budaya Badan Sumber Daya Kebudayaan dan Pariwisata (BSDKP), Kemenbudpar, mengatakan dipilihnya ketiga jenis warisan budaya tersebut karena mencerminkan keterwakilan geografis Indonesia.
"Selama ini konsentrasi budaya hanya dipusatkan di wilayah Pulau Jawa, ujarnya.
Hal itu bisa dibuktikan dengan diakuinya angklung menjadi warisan budaya dunia dari Indonesia pada 2010 oleh UNESCO. "Jadi setelah Jawa Barat, pilihan pengajuan budaya Indonesia ke UNESCO beralih ke budaya di luar Pulau Jawa, yakni Bali dan Papua," kata Harry.
Dia menjelaskan tarian Bali yang diajukan ke lembaga dunia itu ada sembilan jenis yang mewakili sembilan kabupaten/kota yang ada di Pulau Dewata. Namun Harry tidak bisa memberikan nama-nama jenis tarian asal Pulau Dewata tersebut.
Sementara itu, Noken dipilih karena dianggap sebagai ikon khas masyarakat Papua. Noken atau Agiya adalah sebuah alat yang biasa digunakan oleh perempuan di pedalaman Papua untuk buaian bayi mereka, menyimpan babi, umbi-umbian, sayur, dan pakaian.
Noken terbuat dari tali hutan (kayu) khusus yang tidak mudah putus, seperti rotan atau pohon lainnya.
Dengan perkembangan zaman, Noken pun mengalami kemajuan dalam produksinya. Setelah proses anyam, Noken diberi warna-warni sehingga berpenampilan lebih menarik. Noken bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional di Papua dengan harga Rp 15.000 sampai Rp100.000 per buah.
"Sedangkan TMII dipilih diajukan karena akan dijadikan model penataan budaya yang bukan benda oleh negara-negara lain. Saat ini semua proses pengajuannya tengah diurus oleh pihaknya. Batas terakhir pengajuan yang diberikan Unesco adalah sampai 31 Maret 2011," kata Harry.
Selain tiga jenis warisan budaya yang diajukan ke Unesco, pada tahun 2011 juga akan diumumkan tari Saman asal Aceh sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia. (tw)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel
