Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gagal akuisisi Bukopin, Jamsostek bidik bank lain

JAKARTA: Setelah gagal mengambil alih PT Bank Bukopin Tbk, PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) kembali membidik bank lain untuk dijajaki bersinergi dengan perseroan.

JAKARTA: Setelah gagal mengambil alih PT Bank Bukopin Tbk, PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) kembali membidik bank lain untuk dijajaki bersinergi dengan perseroan.

Direktur Investasi Jamsostek Elvyn G. Masasya mengatakan pihaknya mencari bank lain untuk digandeng, menyusul Bukopin yang lebih memilih CIMB Securities Indonesia sebagai standby buyer dalam aksi korporasi yang digelar itu.

Sebagai gantinya, kami akan mencari bank lain untuk digandeng. Polanya adalah dengan sinergi bisnis secara total. Kami akan melakukan itu pada 2011, ujarnya hari ini.

Menurut Elvyn, upaya mencari bank lain akan dilakukan setelah Jamsostek Investment Corporation yang merupakan perusahaan patungan antara perseroan dengan The Islamic Corporation for the Development of the Private Sector (ICD) sudah terbentuk.

Dalam anak usaha yang dibentuk itu, terdapat bagian usaha yang fokus pada bisnis perbankan. Bagian inilah yang nantinya direncanakan melaksanakan rencana aliansi strategis dengan bank lain.

Apakah bank BUMN ataukah swasta, kami belum bisa menyebutkannya. Saat ini semuanya masih dipersiapkan, lanjut Elvyn.

Sebelumnya Jamsostek telah menyiapkan dana sebesar Rp500 miliar untuk menyerap saham baru Bukopin, dengan menjadi standby buyer. Namun rencana ini kandas, setelah CIMB Securities ditunjuk sebagai pembeli siaga.

Hingga akhir tahun ini, total dana kelolaan Jamsostek mencapai Rp98 triliun, dengan hasil investasi sebesar Rp10,7 triliun. dari jumlah tersebut, BUMN ini mengantongi laba bersih sebesar Rp1,3 triliun.

Obligasi merupakan portofolio investasi terbesar Jamsostek, dengan alokasi investasi mencapai 44%-48% dari total investasi. Disusul kemudian oleh deposito sebesar 28%-32%, saham sebesar 18%-22%, reksadana 4% hingga 8%, serta penyertaan langsung dan properti sebesar 1%-2%.

Porsi masing-masing bisa berubah, namun tetap dalam kisaran yang ditetapkan, ujar Elvyn.(api)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper