Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

13 Temuan soal radikalisme agama di Jabodetabek-Jabar

JAKARTA: Riset Setara Institute sedikitnya mendapati 13 temuan tentang radikalisme agama di Jabodetabek dan Jawa Barat terkait dengan maraknya praktik intoleransi satu kelompok agama terhadap kelompok minoritas serta penyerangan rumah ibadah.Wakil Ketua

JAKARTA: Riset Setara Institute sedikitnya mendapati 13 temuan tentang radikalisme agama di Jabodetabek dan Jawa Barat terkait dengan maraknya praktik intoleransi satu kelompok agama terhadap kelompok minoritas serta penyerangan rumah ibadah.Wakil Ketua Setara Bonar Tigor Naipospos mengatakan riset ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat perkotaan khususnya di kelas menengah bawah terhadap sejumlah isu yang berkaitan dengan toleransi. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan survei di Jabodetabek. Sedangkan pendekatan kualitatif dilakukan dengan wawancara aktor-aktor organisasi Islam radikal dan pegiat HAM dan demokrasi di Jabodetabek, Cirebon, Tasikmalaya, Garut, dan Cianjur."Pembiaran terhadap berbagai pelanggaran kebebasan berkeyakinan di Indonesia telah menciptakan preseden buruk bagi institusi hukum. Pembiaran negara berkombinasi dengan kondisi sosial yang intoleran, berkembangnya organisasi Islam radikal menjadikan masalah itu terus terjadi," ujar Bonar kepada pers di Jakarta.Temuan itu adalah dalam relasi yang lebih privat--seperti anggota keluarga yang menikah dengan orang lain yang beda agama dan anggota keluarga yang pindah ke agama lain--warga Jabodetabek memperlihatkan intoleransi yang cukup tinggi; warga Jabodetabek juga merasa keberatan jika di dekat tempat tinggalnya terdapat rumah ibadah dari umat agama lain; ketidaksetujuannya warga terhadap berbagai bentuk aksi kekerasan yang mengatasnamakan agama; intoleransi justru karena frustasi sosial dan alienasi akibat ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerataan pembangunan dan ekonomi. Selain itu, kondisi sosial keagamaan masyarakat di Jakarta dan Jawa Barat telah menjadi lapangan terbuka dan menghimpun daya dukung eksistensi organisasi-organisasi Islam radikal; ormas-ormas yang lahir secara spontan dan dipicu oleh berbagai peristiwa yang dianggap mengancam Islam; tokoh-tokoh ormas Islam fundamentalis memiliki keterkaitan dengan berbagai kesejarahan organisasi-organisasi radikal, baik yang trans nasional ataupun yang lokal; di Jawa Barat, pesantren-pesantren tradisional, karena keterlibatan pimpinan pesantrennya, telah memasok dukungan dan menjadi basis massa organisasi Islam radikal; dana berasal pribadi, infak jamaah, sumbangan masyarakat, dan usaha sendiri.Paham ajaran organisasi Islam radikal ini berpusat pada tiga doktrin Islam yaitu kewajiban berhukum dengan hukum Allah, doktrin kewajiban memberantas kemungkaran, dan doktrin kecurigaan dan kebencian pada agama Nasrani yang ekspansif; terdapat empat agenda utama: penegakan syariat Islam, pemberantasan maksiat, aliran sesat, dan anti pemurtadan/anti kristenisasi; serta pembiaran terhadap berbagai pelanggaran kebebasan berkeyakinan di Indonesia telah menciptakan preseden buruk bagi institusi hukum."Riset ini merekomendasikan kepada pemerintah untuk mengambil langkah-langkah konstruktif deradikalisasi di tingkat masyarakat dan memutus pelembagaan impunitas atas berbagai bentuk pelanggaran kebebasan berkeyakinan yang dilakukan oleh organisasi Islam radikal," kata Bonar. (tw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Inda Marlina
Editor : Mursito

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper