Jika kedua menteri itu hadir, pengamanan 'berlebihan' pada pagi hari itu boleh dimaklumi. Namun, menjelang detik-detik acara pembukaan, yang datang hanya Wakil Menteri Perdagangan Mahendra Siregar. Menteri Pertanian yang seharusnya datang hanya diwakili oleh Dirjen Perkebunan Kementerian Pertanian Gamal Nasir.
Usut punya usut, pengamanan pagi itu memang sengaja diperketat. Aroma kericuhan sepertinya tercium jelas, sehingga tim pengamanan diperbanyak. Salah seorang anggota pengamanan bahkan mengaku sengaja dikirimkan untuk mengawasi jalannya RUA.
"Cuma antisipasi saja," katanya. Lalu mengapa jalannya RUA itu kental dengan aroma kericuhan? Tak ada yang mau menjawab atau mengomentari suasana pagi itu. Namun, suasana tegang tergambar jelas.
Ketua Umum AEKI Hasan Wijaya yang beberapa kali diminta kesediaannya oleh wartawan untuk menjawab beberapa pertanyaan hanya menyodorkan wajah datar, sebelum akhirnya menyanggupi kesediaan wawancara di ruang VIP. Wawancara itu pun tak berlangsung lama hingga beberapa wartawan yang datang belakangan tidak kebagian wawancara itu.
Sampai jarum jam menunjukkan pukul 11.30 WIB, RUA internal itu belum juga dimulai. Hal ini mulai menimbulkan tanda tanya sebagian orang. Pun bagi kalangan pewarta. Hingga akhirnya, suara dari ruangan VIP memecah rasa penasaran kami dan seorang anggota rapat keluar dari ruangan sembari mengeluarkan kata-kata kesal. Tak ada yang tahu apa yang sedang terjadi.
Area itu pun perlahan-lahan mulai disterilkan dari para wartawan, sehingga kami tak bisa menelisik lebih jauh apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Peran AEKI Lepas dari kondisi yang mewarnai RUA AEKI itu, sesungguhnya AEKI memiliki peran penting dalam memajukan eksportir dan industri kopi.
Peran AEKI sendiri menjadi satu dari tiga hal pokok yang disorot oleh Wakil Menteri Perdagangan dalam sambutannya terkait dengan tantangan yang dihadapi pengurus baru, selain persoalan produktivitas komoditas kopi dan kualitas kopi yang dihasilkan.
Dirjen Perkebunan Gamal Nasir mengungkapkan peran kopi sebagai komoditas utama kini telah tergantikan oleh komoditas lainnya seperti sawit, kakao, dan karet. Kekhawatiran terhadap produktivitas kopi memang sudah menjadi kekhawatiran bersama. Pasalnya ekspor kopi turun terus mengikuti turunnya produksi komoditas itu di dalam negeri.
Sementara itu, data Kementerian Perdagangan menunjukkan komoditas kopi adalah satu-satunya komoditas dari 10 komoditas utama ekspor Indonesia yang mencatat penurunan nilai ekspor selama periode Januari-September 2010. Di saat kinerja ekspor produk lainnya tumbuh gemilang, ekspor kopi malah merosot 10%. "Ini tantangan bagi pengurus baru," tegas Mahendra.
Belum tuntas persoalan produktivitas itu, gonjang ganjing seputar calon orang nomor satu di AEKI menjadi hal yang patut disorot dan menarik untuk ditelusuri. Tampuk kepemimpinan Hassan Wijaya sudah pasti akan tergantikan oleh orang lain karena AD/ART AEKI sudah jelas mengatur soal ini.
Hassan sudah dua periode berturut-turut menjadi orang nomor satu di AEKI sehingga harus rela mengalihkan posisi itu kepada orang lain. Siapa yang akan menjadi pengganti Hassan? Belum dapat ditebak, tetapi Ballroom Shangrilla sudah pasti menjadi saksi pergulatan yang berlangsung di dalamnya sepanjang hari kemarin.
Yang pasti, sebuah harapan besar siap digantungkan pada nakhoda kapal AEKI yang baru untuk periode 2010-2015. Rasanya pesan yang pernah dilontarkan Menteri Perdagangan sebelumnya untuk mengacu pada AD/ART itu sudah jelas dan tegas. Kita tunggu saja keputusan pada hari ini.
Semoga Rapat Umum Anggota yang fair dan sehat mampu menghasilkan pemimpin yang tepat pula, sehingga komoditas kopi tak lagi terjebak pada pokok persoalan yang sama.(msb)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel