Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana akuisisi Bukit Asam sulit direalisasikan

JAKARTA: Rencana PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) mengakuisisi sejumlah proyek tambang batu bara pada tahun ini dinilai sulit untuk terealisasi.

JAKARTA: Rencana PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) mengakuisisi sejumlah proyek tambang batu bara pada tahun ini dinilai sulit untuk terealisasi.

Direktur Utama Utama Sukrisno mengatakan dengan harga batu bara yang semakin meningkat maka permintaan harga untuk akuisisi tambang itu juga ikut meningkat."Sudah ada yang due diligence, tapi sepertinya tidak jadi terealisasi. Kan harga batu bara semakin baik, harga [akuisisi tambang] juga akan ikut meningkat. Kita lihat saja, kalau tidak jadi ya sudah cari yang lain," ujarnya hari ini.Sementara itu, perseroan juga sedang menanti penyelesaian feasibility study untuk pengembangan gasifikasi batu bara oleh perusahaan asal Jerman PT Lurgi. Diharapkan kajian studi itu dapat selesai pada akhir tahun ini atau awal tahun depan.Jika dari hasil studi tersebut diputuskan untuk bekerjasama, lanjutnya, maka dibutuhkan waktu dua hingga tiga tahun untuk penyelesaian proyek tersebut."Kami sedang penjajakan dengan Lurgi dari Jerman. Ini masih tahap feasibility study. Rencananya studi itu selesai akhir Desember 2010 atau awal Januari 2011. Kalau selesai dan jadi kerjasama maka butuh waktu 2-3 tahun untuk penyelesaian proyek," jelasnya.Sukrisno menjelaskan Lurgi akan men-supply batu bara sebanyak 6 juta ton per tahun dan menghasilkan produk gasifikasi batubara sekitar 800.000 ton per tahun. Adapun offtaker proyek ini adalah PT Pertamina (Persero). "Belum tahu berapa komposisinya, tetapi Lurgi ingin menjadi mayoritas dalam kerjasama ini," ungkapnya.Adapun harga tertimbang batu bara pada saat ini berada pada kisaran US$61,5 ton per tahun. Untuk tahun depan diperkirakan harga akan meningkat hingga kisaran US$75-US$80 ton per tahun.Sementara itu, untuk volume penjualan perseroan hingga akhir tahun diprediksi hanya mencapai 13,3 juta ton dari akhir tahun lalu sebesar 12,5 juta ton. Dan pada tahun depan diharapkan naik menjadi 15 juta ton. (bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper