Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengamat Anggap Partai Berkarya Mendompleng Popularitas

Ancaman Partai Berkarya untuk melaporkan Wasekjen PDIP terkait pernyataannya yang menyinggung Soeharto dianggap mendompleng popularitas.
Titiek Soeharto (mengenakan jaket kuning) dari Partai Berkarya memberi keterangan kepada awak media di KPU, Jumat (10/8)./JIBI-Muhammad Ridwan
Titiek Soeharto (mengenakan jaket kuning) dari Partai Berkarya memberi keterangan kepada awak media di KPU, Jumat (10/8)./JIBI-Muhammad Ridwan

Bisnis.com,JAKARTA – Ancaman Partai Berkarya untuk melaporkan Wasekjen PDIP terkait pernyataannya yang menyinggung Soeharto dianggap mendompleng popularitas.

Direktur Ekskutif Indonesia Public Institute (IPI) Karyono Wibowo menjelaskan bahwa pernyataan Wasekjen PDI Perjuangan Ahmad Basarah yang menyebut Soeharto sebagai guru korupsi merupakan respons dari ucapan Prabowo Subianto yang menyebut korupsi di Indonesia sudah seperti kanker stadium empat.

"Pernyataan yang menyebut korupsi di Indonesia seperti kanker stadium empat terlalu hiperbola, bombastis tidak disertai fakta yang akurat dan terukur. Makna kanker stadium empat itu jika diibarat penyakit, sangat kecil kemungkinan bisa disembuhkan, Berarti sama saja Prabowo ingin mengatakan korupsi di Indonesia sangat parah nyaris tidak tidak bisa diberantas," katanya, Minggu (2/12/2018).

Dia melanjutkan bahwa tujuan dari pernyataan Prabowo mudah ditebak, yakni untuk mendelegitimasi pemerintahan Jokowi sekaligus membangun image negatif. Pernyataan Prabowo itu sama saja tidak menghargai kerja keras KPK yang gigih memberantas korupsi.

Menurutnya, mengetahui pernyataan Prabowo yang menyerang Jokowi seperti itu, maka Ahmad Basarah sebagai juru bicara Tim Koalisi Nasional pasangan Jokowi – Kyai Ma’ruf Amin sudah semestinya menanggapi pernyataan Prabowo dengan cara membangun argumen yang membalikkan logika Prabowo dengan menyebut bahwa guru korupsi Indonesia itu adalah Soeharto mertuanya Prabowo. Dalam perspektif psikologi politik, tuturnya, antara pernyataan Prabowo dan Basarah sama sama mengekspresikan perasaan dan pikiran yang didorong oleh naluri sebagai politisi.

"Dalam konteks ini, posisi Prabowo bisa dikatakan sebagai pihak pertama yang melempar isu, sedangkan Basarah berada pada posisi menahan serangan isu, lalu mencoba membalikkan serangan. Akibat umpan balik akhirnya menimbulkan efek serangan dari berbagai penjuru; mulai dari pihak keluarga Soeharto, elit partai pendukung Prabowo – Sandiaga," terangnya.

Masih kata Karyono terkait ancaman Partai Berkarya melalui sayap partai yang mengancam akan melaporkan Ahmad Basarah ke pihak berwajib, Karyono tidak yakin hal tersebut akan dilakukan oleh anak buah Hutomo Mandala Putra (Tommy Soeharto). Yang terjadi, justru Karyono melihat bahwa pernyataan Wasekjen PDI Perjuangan Ahmad Basarah yang menyebut Soeharto sebagai guru korupsi justru dimanfaatkan Partai Berkarya untuk mendompleng popularitas.

"Dalam konteks strategi politik, partai Berkarya memang perlu memanfaatkan masalah ini untuk menaikkan popularitas dengan cara memelihara polemik ini dengan memainkan psikologi politik agar isu ini direspon dan menggelinding terus. Karenanya, belum tentu upaya membawa kasus ini ke ranah hukum dilakukan secara serius, meskipun Tomy Soeharto sudah angkat bicara," urainya.

Terakhir Karyono melihat, bahwa pada prinsipnya sah-sah saja menjual nama Soeharto untuk meraup dukungan publik dalam kontestasi pemilu 2019.

"Kalau mau menjual Soeharto sebagai strategi marketing politik silahkan saja, tetapi jangan sampai membangkitkan macan tidur. Karena sebagian besar masyarakat masih mengingat rekam jejak rezim Soeharto. Kekuatan silent majority ini sewaktu-waktu bisa terbangun kesadaran kolektif untuk melawan kebangkitan orde baru," pungkas Karyono.

Seperti diketahui Prabowo Subianto menyebut korupsi di Indonesia sudah seperti kanker stadium empat. Pernyataan tersebut disampaikan Prabowo pada acara "The World in 2019 Gala Dinner" yang diselenggarakan majalah The Economist di Hotel Grand Hyatt Singapura beberapa hari lalu. Atas pernyataan tersebut kemudian Wasekjen PDI Perjuangan Ahmad Basarah menyebut Soeharto sebagai guru korupsi dengan merujuk pada Pasal 4 TAP MPR Nomor XI/MPR/1998 tahun 1998 tentang Penyelengara Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper