Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PM Theresa May Bersiap Hadapi Pekan Berat dalam Negosiasi Brexit

Pekan ini akan menjadi pekan yang berat bagi Inggris dalam negosiasi lanjutan atas draf Brexit.
Pengunjuk rasa anti Brexit melambaikan bendera Uni Eropa di luar Gedung Parlemen Inggris di London, Inggris, Selasa (13/11)./Reuters-Toby Melville
Pengunjuk rasa anti Brexit melambaikan bendera Uni Eropa di luar Gedung Parlemen Inggris di London, Inggris, Selasa (13/11)./Reuters-Toby Melville

Bisnis.com, JAKARTA – Pekan ini akan menjadi pekan yang berat bagi Inggris dalam negosiasi lanjutan atas draf Brexit.

Hal itu tercantum dalam pidato yang bakal disampaikan Perdana Menteri (PM) Inggris Theresa May dalam konferensi tahunan Confederation of British Industry (CBI), hari ini.

Uni Eropa (UE) dijadwalkan menggelar pembahasan atas draf Brexit, yang sudah disepakati oleh Inggris dan perwakilan UE pekan lalu, pada Minggu (25/11/2018).

“Dalam sepekan ini, saya mengharapkan kita untuk menyelesaikan seluruh detail kerangka yang akan menentukan hubungan kita di masa depan dan saya yakin kita akan mencapai kesepakatan yang akan saya bawa ke Majelis Rendah (House of Commons),” demikian isi pidato tersebut seperti dilansir Reuters, Senin (19/11).

Dalam pidatonya, May menegaskan draf tersebut menguntungkan bagi Inggris. Salah satu hal yang tercantum di dalam draf itu adalah Inggris akan mendapatkan kontrol atas masalah imigrasi, yang menjadi kunci dalam inisiasi Brexit.

Nantinya, lanjut pidato tersebut, warga UE tidak akan mendapat hak istimewa untuk bekerja di Inggris. Mereka bakal mendapat kesempatan yang sama dengan warga Australia, India, atau negara-negara lainnya.

“Kita ingin sistem imigrasi yang menguntungkan bagi semua pihak. Ya, sebuah sistem yang menguntungkan untuk bisnis. Sistem yang memungkinkan kita untuk menarik orang-orang paling pintar dan terbaik dari seluruh dunia, proses masuk dan aplikasi yang lebih baik,” tambahnya.

May tengah mendapat tekanan dari internal partainya sendiri setelah draf kesepakatan itu disetujui. Sejumlah menterinya kembali mundur, termasuk Menteri Brexit Dominic Raab—yang menggantikan Boris Johnson, yang mundur pada pertengahan tahun ini karena tak setuju dengan proposal May.

Tekanan dari pihak oposisi juga masih berlanjut. Pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn menyebut draft tersebut sebagai sebuah kesepakatan terburuk yang akan berdampak sangat buruk bagi Inggris dan membuat negara itu dalam ketidakpastian.

Dia sudah menegaskan bahwa partainya tidak akan mendukung kesepakatan yang dibawa May.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper