Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantan Intel AS: Gedung Putih Bantu Tutupi Pembunuhan Jamal Khashoggi

Seorang mantan petugas CIA dan analis intelijen untuk CNN berpendapat bahwa pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah membantu Arab Saudi menutupi pembunuhan Jamal Khashoggi.
Sejumlah aktivis HAM memegang foto jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi dalam unjuk rasa di luar Kedutaan Besar Arab Saudi di Istanbul, Turki, Selasa (9/10)./Reuters-Osman Orsal
Sejumlah aktivis HAM memegang foto jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi dalam unjuk rasa di luar Kedutaan Besar Arab Saudi di Istanbul, Turki, Selasa (9/10)./Reuters-Osman Orsal

Bisnis.com, JAKARTA – Seorang mantan petugas CIA dan analis intelijen untuk CNN berpendapat bahwa pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah membantu Arab Saudi menutupi pembunuhan Jamal Khashoggi.

Bob Baer, seorang mantan petugas CIA utamanya di Timur Tengah, mengatakan pemerintah AS telah dengan sengaja meredam respons mereka untuk kasus pembunuhan jurnalis asal Arab Saudi tersebut.

“Kami selalu menutup mata terhadap apa yang terjadi di Arab Saudi,” ujar Baer kepada CNN, Selasa (13/11/2018) waktu setempat.

Khashoggi, yang terkenal kerap melancarkan kritiknya terhadap pemerintahan Saudi, dibunuh setelah memasuki kantor konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, pada 2 Oktober 2018.

Sejak saat itu pula, negara pengekspor minyak terbesar di dunia itu telah menyodorkan berbagai versi berbeda tentang peristiwa tersebut. Arab Saudi telah memecat lima pejabat tinggi dan menangkap 18 orang yang dikatakan terkait dengan pembunuhan kontributor The Washington Post tersebut.

Kendati demikian, jasad Khashoggi belum juga ditemukan hingga saat ini. Rekaman audio yang beredar di sekitar lembaga pemerintah tampaknya menunjukkan bahwa pejabat senior Arab Saudi telah mengomandoi pembunuhan itu.

Menurut The New York Times, rekaman itu diduga merekam saat-saat terakhir Khashoggi. Rekaman itu di antaranya memperdengarkan salah seorang pelaku pembunuhan berbicara dengan atasannya di telepon dan memberi tahunya untuk “memberi tahu bos Anda” bahwa “tindakan itu telah dilakukan."

Sejumlah pejabat Turki dan AS, termasuk Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton, mengatakan bahwa rekaman audio itu tidak secara konklusif melibatkan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Namun, Baer menyampaikan kesan bahwa sangat kecil kemungkinan ada orang lain di Kerajaan selain Sang Pangeran yang memiliki otoritas untuk memerintahkan operasi semacam itu. Bolton sendiri mengaku belum mendengarkan rekaman tersebut.

“Orang-orang Saudi tidak pernah memiliki operasi yang sembarangan. Itu tidak pernah terjadi. Kemungkinan bahwa Mohammed bin Salman memerintahkan hal ini kami kira mencapai 100%,” lanjut Baer, seperti dikutip Business Insider.

Pemerintahan Trump tidak yakin bagaimana melanjutkan responsnya terkait kasus pembunuhan yang telah menyulut kemarahan dunia internasional ini.

Meski sejumlah pejabat pemerintahan AS telah menjanjikan sanksi, tetap saja belum banyak langkah konkret dilakukan terhadap Arab Saudi, kemungkinan karena hubungan ekonomi yang mendalam antara pemerintah AS dan Saudi.

“Di titik ini, Gedung Putih tidak melihat jalan keluar. Arab Saudi adalah gunung berapi. Untuk mencoba dan mendorong Putra Mahkota keluar, kami tidak memiliki siapa pun [di Arab Saudi] di pihak kami, jadi kami tidak tahu apa yang harus dilakukan,” tambah Baer.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper