Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jamal Khashoggi Dibunuh, Amerika Cabut Visa 21 Warga Arab

Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan pihak berwenang Saudi "melakukan upaya terburuk untuk menutupi" dalam pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi bulan ini.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berpidato saat buka puasa di Gedung Putih, 6 Juni 2018./Reuters
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berpidato saat buka puasa di Gedung Putih, 6 Juni 2018./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan pihak berwenang Saudi "melakukan upaya terburuk untuk menutupi" dalam pembunuhan wartawan Jamal Khashoggi bulan ini.

Sementara itu, AS berjanji akan mencabut visa sejumlah orang yang diyakini bertanggung jawab atas pembunuhan itu.

Trump berbicara beberapa jam setelah Presiden Turki, Tayyip Erdogan, membantah usaha-usaha Saudi untuk menyalahkan kematian Khashoggi atas para pelaku yang biadab. Erdogan mendesak Riyadh mencari mereka yang terlibat "dari atas ke bawah" untuk mengungkap mereka yang berada di belakang kematian Khashoggi di konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober, insiden yang telah memicu kemarahan global dan merenggangkan hubungan antara Riyadh dan Washington.

Bagi para sekutu Arab Saudi, pertanyaan yang muncul apakah mereka percaya bahwa Putera Mahkota Mohammad bin Salman, yang melukiskan dirinya sebagai pembaru, memiliki kesalahan.

Trump menyatakan pembunuhan dan upaya menutupi oleh Arab Saudi merupakan "kegagalan total."

"Semestinya tak pernah ada eksekusi atau upaya menutupi, karena hal itu seharusnya tak pernah terjadi," kata Trump kepada wartawan.

Ia mengatakan dirinya berbicara pada Senin dengan putera mahkota itu yang membantah mempunyai kaitan dengan kematian Khashoggi.

Sebelumnya, Trump mengatakan masalah Khashoggi ditangani dengan buruk oleh para pejabat Saudi.

"Urusan buruk. Seharusnya tak pernah terpikirkan. Dan mereka telah melakukan usaha terburuk untuk menutupi," kata Trump kepada wartawan di Gedung Putih.

Khashoggi, pengeritik putera mahkota, memilih tinggal di AS dan kolumnis harian the Washington Post.

Visa 21 Orang

Komentar-komentar Trump dalam beberapa hari belakangan berkisar dari mengancam Arab Saudi dengan konsekuensi-konsekuensi yang "sangat serius" dan menyebutkan kemungkinan sanksi-sanksi ekonomi, hingga ke komentar yang memperlihatkan peran negara itu sebagai sekutu AS melawan Iran dan para militan Islam, dan juga pembelian senjata AS.

Trump tidak memberikan pandangan mengenai siapa yang paling bertanggung jawab. Menteri Luar Negeri Mike Pompeo mengatakan AS telah mengidentifikasi beberapa di antara pejabat pemerintah dan keamanan Saudi yang diyakini terlibat dalam pembunuhah Khashoggi dan akan mengambil tindakan-tindakan pantas termasuk mencabut visa-visa AS.

Departemen Luar Negeri AS menyatakan visa 21 orang Saudi akan dicabut atau dibuat tak layak untuk memperoleh visa AS. Pejabat lainnya mengatakan sebagian besar kelompok itu memiiki visa AS.

Kedutaan besar Saudi di Washington tidak menanggapi permintaan untuk mengomentari langkah-langkah AS itu.

Presiden Turki Tayyip Erdogan pada Selasa (23/10/2018)  mengabaikan upaya Riyadh untuk menyalahkan pembunuhan "biadab" yang dialami Khashoggi ke para agen intelijen.

Harus Diadili

Erdogan mengatakan orang yang memerintahkan pembunuhan terhadap wartawan terkemuka Saudi itu harus "diadili".

Saat menyampaikan pidato di parlemen soal kasus yang telah memicu kemarahan di seluruh dunia tersebut, Erdogan tidak menyebut nama Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman, yang dicurigai oleh beberapa anggota parlemen Amerika Serikat telah memerintahkan pembunuhan.

Namun, Erdogan menyatakan Turki tak akan menghentikan penyelidikan atas kematian Khashoggi sampai semua pertanyaan terjawab.

"Lembaga-lembaga intelijen dan keamanan telah memiliki bukti yang menunjukkan bahwa pembunuhan itu sudah direncanakan. Melemparkan kasus seperti itu ke beberapa anggota keamanan dan intelijen tak akan memuaskan kami ataupun masyarakat internasional," katanya.

 "Dari sosok yang mengeluarkan perintah, ke orang yang melaksanakannya, mereka semua harus diadili."

Erdogan mengatakan keberadaan jasad Khashoggi masih belum diketahui dan ia menuntut Arab Saudi untuk mengungkapkan identitas seorang "pelaksana setempat", yang konon membawa jenazah tersebut.

Pidato Erdogan bersamaan dengan pembukaan konferensi investasi Saudi di Riyadh, yang diboikot oleh para tokoh politik negara-negara Barat, bankir internasional serta para pemimpin perusahaan terkemuka di tengah kemarahan atas kematian Khashoggi.

Kronologi

Khashoggi hilang tiga minggu lalu setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul untuk mengambil dokumen-dokumen pernikahan yang akan dilangsungkannya.

Para pejabat Turki mencurigai bahwa Khashoggi dibunuh dan jasadnya dipotong-potong di dalam gedung konsulat oleh para agen intelijen Saudi.

Beberapa sumber Turki mengatakan pihak berwenang memiliki rekaman suara yang konon mendokumentasikan pembunuhan wartawan berusia 59 tahun itu.

Erdogan dalam pidatonya tidak menyebut-nyebut soal rekaman suara.

Riyadh pada awalnya membantah mengetahui nasib Khashoggi, namun kemudian mengatakan bahwa Khashoggi tewas dalam perkelahian di Konsulat. Penjelasan seperti itu ditanggapi dengan keragu-raguan oleh pemerintah beberapa negara dan membuat hubungan mereka dengan negara pengekspor minyak terbesar di dunia itu menjadi tegang.

Erdogan mengatakan tiga agen intelijen tiba di Istanbul satu hari sebelum pembunuhan Khashoggi, yang tampaknya untuk menjalankan misi pengintaian. Keesokan harinya, 15 orang masuk ke Konsulat, termasuk petugas keamanan, intelijen serta pakar forensik, dan para personel konsulat hari itu diliburkan.

"Kenapa kelima belas orang ini bertemu di Istanbul pada hari terjadinya pembunuhan? Kita ingin mendapat jawabannya. Dari siapa orang-orang ini mendapat perintah?" kata Erdogan.

Pada Sabtu (20/10/2018),  media negara Saudi mengatakan Raja Salman telah memecat lima pejabat atas pembunuhan yang dilakukan oleh tim beranggotakan 15 orang, termasuk Saud al-Qahtani, asistem utama yang menjalankan tugas terkait media sosial bagi Pangeran Mohammed. Riyadh juga sedang bekerja sama dengan Turki untuk melakukan penyelidikan bersama.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper