Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hati-hati, Pemilu 2019 Rentan Permainan Uang Demi Suara

Pemilu 2019 mendatang berpotensi terjadi money politic alias politik uang.
Psikolog Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk.
Psikolog Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk.
Bisnis.com, JAKARTA – Gelaran Pemilu 2019 mendatang potensi money politic alias politik sangat memungkinkan terjadi.
 
Psikolog Politik Universitas Indonesia Hamdi Muluk mengatakan ada beberapa pertanyaan menyangkut psikologis pemilih saat ini. Misalnya adalah soal tingkat partisipasi, alasan memilih, pilihan partai, dan calon legislatif yang dipilih. 
 
Menurut Hamdi, mulai 1970-an karakter pemilih saat ini adalah motif ekonomi-politik yang mendorong tindakan rasional dari pemilih.
 
"Ini karena ada orang yang mulai memilih di awal. Ada yang memilih pada waktu jelang habis," kata Hamdi, di JSC EV Hive, Senin (22/10/2018).
 
Dalam kegiatan Workshop Sekolah Politik dan Komunikasi ini Hamdi menyebut pilihan rasional pemilih sangat ditentukan dengan sistem kepartaian yang digunakan. 
 
Untuk sistem multi partai terbuka seperti Pemilu mendatang, dia memprediksi loyalitas pemilih tidak bertahan lama. Apalagi, ada 160 calon legislatif yang ditawarkan, sementara pemilih belum tentu mengenal satu demi satu latar belakang serta visi dan misi calon tersebut. 
 
Alhasil, pemilih menjadi tidak rasional dan mengambil jalan pintas dengan money politic. Pemilih pun tidak akan mau menghabiskan energi logikanya menyaring 160 kandidat caleg. Apalagi, para pemilih yakni masyarakat Indonesia sebagian masih trauma dengan tidak ada manfaat dari pemilu terhadap perubahan kualitas.
 
"Pemilih kan pasti bertanya, setelah mereka terpilih, saya dapat apa? Ada trauma semacam itu," ujar Hamdi.
 
Beberapa contoh karakter pemilih lain adalah selain loyalitas kepada partai, mereka juga akan terjebak pada ketokohan caleg, yakni mereka yang populer dan disukai rakyat. Dia pun mengimbau pentingnya modal sosial dari caleg sebelum berkampanye.
 
"35% dari kita masih dipengaruhi money politic. Indonesia masih sangat tinggi social confirmity, maka ada kemungkinan besar Anda akan dipilih jika Anda sudah dikenal dan memberi kenyamanan. Maka, persepsi dan sikap voter terhadap parpol atau calon pejabat publik itu sangat menentukan pada saat pemilihan," tuturnya.
 
Hamdi menilai selama ini sistem pemilu di Indonesia memang belum mengajarkan pemilih bersikap rasional.
Dia pun memprediksi pada Pemilu Serentak 2019 ini potensi kecurangan dengan politik uang masih akan terjadi dan bisa meningkat dari pemilu sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper