Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Arab Saudi Dikabarkan Akan Akui Kematian Jurnalis Jamal Khashoggi

Pemerintah Kerajaan Arab Saudi dilaporkan sedang mempersiapkan pengakuan kematian jurnalis Jamal Khashoggi dalam proses interogasi.
Sejumlah aktivis HAM memegang foto jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi dalam unjuk rasa di luar Kedutaan Besar Arab Saudi di Istanbul, Turki, Selasa (9/10)./Reuters-Osman Orsal
Sejumlah aktivis HAM memegang foto jurnalis Arab Saudi Jamal Khashoggi dalam unjuk rasa di luar Kedutaan Besar Arab Saudi di Istanbul, Turki, Selasa (9/10)./Reuters-Osman Orsal

Bisnis.com, ANKARA/WAHINGTON - Pemerintah Kerajaan Arab Saudi dilaporkan sedang mempersiapkan pengakuan kematian jurnalis Jamal Khashoggi dalam proses interogasi.

Demikian disampaikan Reuters mengutip CNN dan New York Times, Senin (15/10/2018), setelah Presiden AS Donald Trump berspekulasi dengan menyebut "pembunuh iseng" mungkin bertanggung jawab.

Trump telah mengirim Menteri Luar Negeri Mike Pompeo untuk bertemu Raja Salman terkait kasus yang "mengganggu" hubungan Amerika dengan Saudi.

Khashoggi, yang tinggal di AS, adalah  kolumnis Washington Post dan kritikus putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman. Jurnalis ini lenyap setelah memasuki konsulat Saudi di Istanbul dua pekan lalu. Khashoggi ke konsulat untuk mendapatkan dokumen pernikahan. Para pejabat Turki meyakini  Khashoggi dibunuh di sana dan tubuhnya dimutilasi.

Dalam sebuah pernyataan yang dirilis Senin, keluarga sang jurnalis menyerukan dilakukan penyelidikan atas kasus tersebut.

"Kami sedih dan cemas mengikuti berita yang simpang siur atas nasib ayah kami setelah kehilangan kontak dengannya dua minggu lalu," kata anaknya.

“Tanggung jawab moral dan hukum yang kuat yang ayah kami tanamkan kepada kami mewajibkan kami untuk menyerukan pembentukan komisi internasional yang independen dan tidak memihak untuk menyelidiki kemungkinan kematiannya.”

Mengutip dua sumber tak dikenal, CNN mengatakan pada Senin bahwa Arab Saudi sedang mempersiapkan laporan yang akan mengakui Khashoggi terbunuh akibat interogasi yang salah. Pemerintah Saudi tidak dapat dihubungi segera untuk mengomentari laporan CNN.

"Saya mendengar laporan itu, tetapi tidak ada yang tahu jika itu adalah laporan resmi," kata Trump kepada wartawan, tanpa memerinci lebih lanjut.

The New York Times, mengutip seseorang yang akrab dengan pihak Saudi, melaporkan putra mahkota telah menyetujui interogasi atau membawa Khashoggi kembali ke Arab Saudi.

Pemerintah Saudi, kata sumber New York Times, akan melindungi Pangeran dengan menyalahkan seorang pejabat intelijen atas operasi yang ceroboh itu.

Kasus itu telah memicu kecaman internasional terhadap Arab Saudi, pengekspor minyak terbesar dunia. Banyak media dan eksekutif bisnis menarik diri dari konferensi investasi yang direncanakan di sana bulan ini.

Saat pihak penyelenggara mengatakan Senin konferensi akan berlangsung, Saudi membatalkan resepsi diplomatik tahunan di Washington yang ditetapkan akhir pekan ini.

Banyak anggota Kongres AS, yang telah lama memiliki hubungan dekat dengan Arab Saudi, mengeluarkan kritik keras terhadap kerajaan atas kasus ini.

Sementara itu, otoritas Turki menyatakan memiliki rekaman audio yang menunjukkan bahwa Khashoggi tewas di konsulat.

Arab Saudi membantah keras telah membunuh Khashoggi dan menganggap tudingan itu sebagai "kebohongan". Pihak Saudi menyebut Khashoggi meninggalkan gedung itu segera setelah masuk.

 "Raja dengan tegas membantah mengetahui hal itu," kata Trump kepada wartawan setelah berbicara dengan Raja Salman.

“Dia tidak benar-benar tahu, mungkin - saya tidak ingin masuk ke dalam pikirannya tetapi itu terdengar bagi saya - mungkin ini bisa menjadi pembunuh iseng. Siapa tahu?" ujar Trump.

Presiden AS tidak memberikan bukti untuk mendukung teori tersebut. Anggota parlemen Demokrat mengkritik Trump karena menggunakan istilah "pembunuh iseng".

"Mendengar teori konyol tentang 'pembunuh iseng' yang akan dijadikan oleh orang-orang Saudi sebagai dalih," ujar Senator Demokrat AS Chris Murphy melalui akun Twitter.

"Benar-benar luar biasa mereka dapat meminta Presiden Amerika Serikat sebagai agen PR mereka untuk mempopulerkan [teori pembunuh iseng] itu," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Saeno
Editor : Saeno
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper