Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Skandal Intel Diracun, AS Siapkan Sanksi lebih Berat ke Rusia

Amerika Serikat akan menjatuhkan serangkaian sanksi baru yang lebih berat bagi Rusia atas dugaan pembunuhan oleh agen Kremlin terhadap mata-mata Rusia yang membelot di Inggris. 
Presiden AS Donald Trump (kiri) menerima bola sepak dari Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dalam konferensi pers bersama setelah keduanya bertemu membahas sejumlah isu di Helsinki, Finlandia, Senin (16/7)./Reuters-Grigoriy Dukor
Presiden AS Donald Trump (kiri) menerima bola sepak dari Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dalam konferensi pers bersama setelah keduanya bertemu membahas sejumlah isu di Helsinki, Finlandia, Senin (16/7)./Reuters-Grigoriy Dukor

Bisnis.com, JAKARTA — Amerika Serikat akan menjatuhkan serangkaian sanksi baru yang lebih berat bagi Rusia atas dugaan pembunuhan oleh agen Kremlin terhadap mata-mata Rusia yang membelot di Inggris. 

Hal itu disampaikan oleh seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS sebagimana dikutip CNN.com, Jumat (14/9/2018).

Sanksi baru akan mencakup sanksi perbankan, larangan yang lebih luas pada pembelian produk pertahanan Rusia, dan blok pada bantuan asing.

Pada sidang Kongres, Asisten Menteri Luar Negeri AS Manisha Singh menyebut bahwa Rusia belum bersih dari produksi racun saraf Novichok. Ini adalah racun yang digunakan untuk membunuh mantan agen ganda Sergei Skripal dan putrinya di Salisbury, Inggris, 4 Maret lalu.

Moskow diberikan waktu hingga November untuk memberi izin inspeksi lokasi racun keras itu dibuat. Inspeksi tersebut juga dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa racun Novichok tidak akan digunakan lagi.

"Mereka belum melakukannya sejauh ini," kata Singh. Pihaknya memberi batas waktu November ini secara mutlak dan berencana memberlakukan sanksi babak kedua yang sangat berat.

Sanksi pertama atas keracunan Skripal telah dilakukan Agustus lalu. Sanksinya berupa penghentian bantuan asing ke Rusia kecuali untuk bantuan kemanusiaan dan untuk makanan dan produk pertanian lainnya; memblokir beberapa penjualan pertahanan; dan melarang dukungan kredit pemerintah untuk ekspor ke Rusia. Sementara Rusia sendiri hingga saat ini masih menolak tuduhan. 

"Mereka adalah warga sipil," kata Putin Rabu lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper