Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Survei: Gerakan #2019GantiPresiden Makin Populer, Penolak Tambah Meningkat

Gerakan #2019GantiPresiden yang menjadi polemik belakangan ini menjadi semakin populer di tengah masyarakat. Namun, jumlah pihak yang tidak setuju dengan gerakan tersebut pun semakin bertambah.
Ilustrasi: Massa memblokir pintu keluar Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau, Sabtu (25/8/2018), menolak kehadiran Neno Warisman terkait rencana deklarasi gerakan #2019GantiPresiden./Antara-Rony Muharrman
Ilustrasi: Massa memblokir pintu keluar Bandara Sultan Syarif Kasim II Pekanbaru, Riau, Sabtu (25/8/2018), menolak kehadiran Neno Warisman terkait rencana deklarasi gerakan #2019GantiPresiden./Antara-Rony Muharrman

Bisnis.com, JAKARTA -  Gerakan #2019GantiPresiden yang menjadi polemik belakangan ini menjadi semakin populer di tengah masyarakat. Namun, jumlah pihak yang tidak setuju dengan gerakan tersebut pun semakin bertambah.

Lembaga survei Y-Publica merilis hasil survei terkait dengan gerakan tagar tersebut, Senin (3/9/2018).

"Secara umum, meski semakin populer, sikap publik tidak setuju dengan gerakan itu justru naik, dari 67,3% menjadi 68,6%," ujar Direktur Eksekutif Y-Publica Rudi Hartono, Senin (3/9/2018).

Rudi mengatakan gerakan tersebut semakin populer didasarkan pada hasil survei yang menunjukkan terjadinya peningkatan pengetahuan responden tentang gerakan tersebut.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 13 -23 Agustus 2018. Jumlah sampel 1.200 responden yang dipilih secara acak bertingkat (multistage random sampling), mewakili 120 desa dari 34 provinsi di Indonesia.

Dari hasil survei Y-Publica hampir 70% responden mengetahui atau pernah mendengar mengenai gerakan itu. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan temuan survei sebelumnya (Mei 2018) yaitu 50,3%.

Rudi menyampaikan sejumlah perincian mengenai hasil survei tersebut.

"Meskipun makin populer, persepsi publik terhadap gerakan ini cukup kritis. Sebanyak 28,3% responden [yang mengetahui] menganggap sebagai gerakan bermuatan politik, sedangkan 25% menganggap itu kampanye politik sebelum pemilu, bahkan ada 13,6% responden yang menganggap gerakan itu mengarah makar. Hanya 8,4% yang menganggap sebagai gerakan protes atau bentuk ketidakpuasan terhadap pemerintah,” jelasnya.

Y-Publica juga melakukan survei tentang persepsi publik mengenai pasangan yang diuntungkan melalui gerakan tagar tersebut.

"Sebanyak 32,1% responden menganggap gerakan itu menguntungkan kubu oposisi atau lawan politik Jokowi. Malah ada 24,9% yang menuding langsung pasangan Prabowo-Sandi sebagai pihak yang diuntungkan, 20,6% menganggap gerakan itu menguntungkan kelompok anti NKRI dan 12,8% menyebut kelompok pendukung khilafah yang diuntungkan," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper