Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS: Tarif Impor Turki Tak Akan Dicabut

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Turki masih menemui jalan buntu, karena Gedung Putih mengatakan tarif baru pada barang-barang impor asal Turki akan tetap berlaku meski pendeta AS yang ditahan dibebaskan

Bisnis.com, JAKARTA – Ketegangan antara Amerika Serikat dan Turki masih menemui jalan buntu, karena Gedung Putih mengatakan tarif baru pada barang-barang impor asal Turki akan tetap berlaku meski pendeta AS yang ditahan dibebaskan

Sementara itu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menerima bantuan keuangan dari Qatar. Hal ini akan memberikan waktu bagi Turki untuk bertahan dalam kebuntuan.

Dilansir Bloomberg, pemerintahan Trump mengatakan pada hari Rabu (15/8/2018) waktu AS bahwa pengenaan tarif balasan terhadap AS adalah "langkah yang salah." Di tengah tanda bahwa konflik masih jauh dari selesai, juru bicara Gedung Putih Sarah Sanders mengatakan tarif AS yang diumumkan pekan lalu akan tetap berlaku meskipun pendeta AS yang ditahan di Turki dibebaskan.

Ketika Erdogan berusaha untuk mengurangi dampak krisis terhadap ekonomi Turki, dia menghubungi Kanselir Jerman Angela Merkel untuk mendapatkan bantuan dan mendapatkan janji dari emir Qatar untuk menginvestasikan US$15 miliar.

Nasib pendeta AS, Andrew Brunson, telah mendominasi strategi pemerintahan Trump terhadap sekutunya di NATO tersebut, bahkan ketika perselisihan merembet hingga pasar mata uang.

Brunson, yang dituduh pemerintah Turki memiliki hubungan dengan upaya kudeta tahun 2016 silam, berada dalam tahanan rumah. Pengadilan Turki sebelumnya menolak permintaan pengacaranya untuk membebaskannya, dan AS mengatakan tidak akan bernegosiasi sampai dia dibebaskan.

Para pejabat pemerintah mengatakan AS saat ini tidak memiliki rencana pertemuan dengan para pejabat Turki untuk membahas kasus Brunson.

Keamanan Nasional

"Tarif yang diberlakukan pada baja tidak akan dihapus dengan pembebasan pendeta Brunson, karena tarif tersebut dikenakan karena alasan ‘keamanan nasional’," kata Sanders, seperti dikutip Bloomberg.

Seiring dengan meningkatnya perselisihan, Turki pada Rabu (15/8) mengumumkan serangkaian tarif impor baru mulai dari 50% hingga 140% pada beras, alkohol dan mobil yang diimpor dari AS sebagai pembalasan atas langkah pengenaan tarif impor baja dan aluminium Turki pekan lalu.

Langkah-langkah tersebut dilakukan setelah Erdogan meminta Turki untuk memboikot produk elektronik asal AS, seperti iPhone, yang bagaimanapun juga menjadi lebih mahal karena lira melemah hampir 40% tahun ini.

Namun demikian, Turki mendapat angin segar pada hari Rabu setelah emir Qatar berjanji untuk menginvestasikan US$15 miliar di negara tersebut. Langkah ini mengikuti serangkaian langkah mendesak yang diambil Erdogan untuk melindungi ekonomi Turki, yang sudah di bawah tekanan sebelum tarif dan sanksi AS diumumkan.

Namun pengumuman Qatar tidak akan menyelesaikan masalah ekonomi fundamental Erdogan. Menurut perhitungan Bloomberg, merosotnya lira bulan ini telah membuat pelaku bisnis makin kesulitan membiayai kembali setidaknya obligasi dalam mata uang asing senilai US$16 miliar yang jatuh tempo pada akhir tahun.

Secara total, perusahaan di Turki memiliki utang valas senilai US$217 miliar, setara dengan sekitar seperempat dari produk domestik bruto, menurut data bank sentral Turki.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper