Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Erdogan: AS Tikam Turki dari Belakang 

Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan Amerika Serikat mencoba "menikamnya dari belakang" di tengah anjloknya nilai mata uang negara itu.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan/Reuters
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan/Reuters

Kabar24.com, JAKARTA--Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan Amerika Serikat mencoba "menikamnya dari belakang" di tengah anjloknya nilai mata uang negara itu.

Amerika Serikat menerapkan sanksi terhadap Turki minggu lalu atas penolakan negara tersebut mengekstradisi seorang pastor asal AS yang dipenjara di sana.

Sanksi itu menyebabkan pasar anjlok dan bank sentral telah berusaha mengambil sejumlah langkah untuk menenangkan pasar namun tak berhasil.

Erdogan mengatakan dalam jumpa pers di ibu kota Ankara, "Anda bertindak di satu sisi sebagai mitra strategis namun di pihak lain, Anda melepaskan tembakan ke kaki mitra strategismu."

"Kita bersama di NATO dan Anda mencoba menikam mitra strategismu dari belakang," ujarnya sebagaimana dikutip BBC.com, Selasa (14/8).

Langkah meredakan gejolak ekonomi Turki gagal dan sengketa negara itu dengan Amerika Serikat semakin dalam.

Mata uang lira dan pasar modal Turki anjlok di tengah semakin parahnya krisis akhir minggu lalu. Erdogan mengatakan jatuhnya lira adalah hasil dari adanya satu upaya dan bukan akibat kondisi ekonomi.

Kementerian Dalam Negeri Turki mengatakan akan mengambil langkah hukum terhadap 346 akun sosial media yang mengunggah komentar tentang melemahnya lira dengan cara "provokatif."

Mengapa Turki dan AS terlibat sengketa?
Sengketa bermula dari penolakan membebaskan pastor Amerika Serikat, Andrew Brunson.

Brunson ditahan selama hampir dua tahun dan dituduh terkait dengan organisasi pekerja Turki yang dilarang dan juga gerakan Gulenis, yang dituding Turki berada di balik kudeta yang gagal pada 2016.

Presiden Turki marah karena Amerika Serikat tidak mengambil langkah lebih tegas terhadap gerakan Gulenis dan AS juga menolak mengekstradisi Fethullah Gulen yang tinggal di Pennsylvania.

AS mendukung kelompok pemberontak Kurdi yang memerangi kelompok ISIS di Suriah utara dan fakta ini menambah kesulitan hubungan kedua negara. Turki juga berupaya memerangi pemberontakan Kurdi di negara itu.

Erdogan juga sekarang lebih dekat dengan Rusia. Turki adalah anggota NATO dan Rusia adalah ancaman nomor satu NATO. Organisasi itu harus membela anggotnya yang diserang.

NATO menggunakan pangkalan udara Incirlik di Turki untuk memerangi ISIS dan di dalam negeri Erdogan ditekan untuk menutup pangkalan itu.
Apa yang terjadi dengan lira?

Lira mencapai titik terendah Jumat lalu (10/08) saat Presiden AS Donald Trump menyepakati meningkatkan tarif untuk baja dan alumunium Turki setelah negara itu menolak membebaskan pastur Amerika.

Pakar menyatakan turunnya lira dapat menyebabkan negara itu mengalami krisis ekonomi.
Pasar modal Turki juga turun 17% sementara inflasi mencapai 15%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper