Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

DPR: Isu SARA Bisa Jadi Bom Waktu Menjelang Pilpres 2019

Ketua DPR Bambang Soesatyo khawatir politisasi isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) yang terus menerus diperbincangkan di ruang publik akan menjadi bom waktu yang akan memporak-porandakan persatuan bangsa.
Warga mengenakan topeng pasangan Capres Cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, di Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Jumat (10/8/2018). Aksi tersebut sebagai bentuk suka cita dan dukungan masyarakat kepada kedua pasangan yang maju pada Pilpres 2019 serta berharap pilihan Presiden 2019 berjalan dengan aman dan damai./ANTARA-Mohammad Ayudha
Warga mengenakan topeng pasangan Capres Cawapres Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, di Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Jumat (10/8/2018). Aksi tersebut sebagai bentuk suka cita dan dukungan masyarakat kepada kedua pasangan yang maju pada Pilpres 2019 serta berharap pilihan Presiden 2019 berjalan dengan aman dan damai./ANTARA-Mohammad Ayudha

Bisnis.com, JAKARTA -- Ketua DPR Bambang Soesatyo khawatir politisasi isu Suku, Agama, Ras, dan Antargolongan (SARA) yang terus menerus diperbincangkan di ruang publik akan menjadi bom waktu yang akan memporak-porandakan persatuan bangsa.

Oleh karena itu, masyarakat dan para elite politik diharapkan meninggalkan penggunaan isu SARA dalam kontestasi Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden 2019. 

“Isu SARA yang negatif bisa menjadi bom waktu yang dapat memporak-porandakan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia,” ujarnya kepada wartawan, Selasa (14/8/2018).

Bamsoet, sapaan akrabnya, mengatakan media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube, Whatsapp, dan berbagai platform lainnya menjadi senjata untuk perang politik secara terbuka dengan menggunakan isu SARA.

Padahal, konfrontasi isu SARA yang negatif sama saja mengadu domba masyarakat dan menjadikan rakyat sebagai korban. Tak jarang, elit politik pun ikut memanaskan suasana dan bukannya meredam situasi.

Bamsoet mengaku tak habis pikir hanya karena berbeda haluan politik, banyak pihak lantas mengorbankan rasa persaudaraan. Akibatnya, kebhinekaan dalam bahaya dan semua orang cenderung merasa paling benar.

"Kehidupan politik menjadi porak-poranda. Dari kaum terdidik, pejabat publik, hingga rakyat mulai terprovokasi arus propaganda politik dan berita hoaks yang menyesatkan," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper