Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wapres Kalla: Pemilu Buat Investor Wait & See

Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden pada 2019 membuat aktivitas investasi tidak tinggi. Investor cenderung menunggu hasil pesta demokrasi berakhir.
Wakil Presiden Jusuf Kalla/Bisnis.com-Irene Agustine
Wakil Presiden Jusuf Kalla/Bisnis.com-Irene Agustine

Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan bahwa Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden pada 2019 membuat aktivitas investasi tidak tinggi. Investor cenderung menunggu hasil pesta demokrasi berakhir.

“Memang dalam bidang tertentu seperti investasi banyak wait and see. Karena orang menganalisa, kalau nanti Pak Jokowi bagaimana nanti kebijakan ekonominya polanya. Kalau Pak Probowo menang bagaimana kebijakannya. Maka terjadilah wait and see dalam investasi yang besar,” katanya, Kamis (2/8/2018).

Jusuf Kalla atau JK mengungkapkan hal itu dalam acara diskusi bertema Waspada Ekonomi Indonesia di Tahun Politik yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Dia menggaribawahi, investasi yang terdampak adalah di bidang industri dan bukan infrastruktur.

“Untuk investasi infrastruktur saya kira akan biasa saja tidak akan terpengaruh. Yang tentu akan tepengaruh investasi di bidang industry,” terangnya.

Dalam kesempatan itu JK mengingatkan hal tersebut tentunya akan mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Selain itu, JK pun membahas tantangan ekonomi hingga tahun depan bukan hanya menghadapi pemilu namun juga perang dagang Amerika Serikat dengan China.

Kendati demikian, JK berharap masyarakat tidak perlu khawatir akan dampak pemilu menjadikan kondisi ekonomi sulit. JK menilai pemilu justru mengatrol konsumsi

“Bayangkan mencetak 200 juta kertas itu juga rejeki untuk percetakan. Termasuk tukang pasang baliho macam-macam. Penghasilan semuanya. Walaupun sekarang baliho diatur oleh KPU. Jadi tidak seperti dulu. Pohon-pohon agak selamat sekarang ini. Kalau jaman dulu semua pohon di paku. Sekarang alhamdulillah dibenahi,” ujarnya dengan nada berseloroh.

Dia menjabarkan, pada 2004 pertumbuhan ekonomi mencapai 5,01%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Itu menurutnya menjadi bukti pemilu meningkatkan ekonomi.

Adapun saat pemilu 2009 ekonomi memang sempat turun. Tapi hal itu bukan karena pemilu, melainkan masih terdampak krisis ekonomi global sejak 2008. Sedangkan pada 2014, dia berasumsi kondisi ekonomi stagnan.

Pemilu pada tahun tersebut diakuinya memang menggerakan ekonomi. Tapi di sisi lain harga komoditas dunia menurun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper