Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Twitter Bantah Tudingan Diskriminasi dari Presiden Trump

Twitter membantah melakukan diskriminasi terhadap akun anggota Partai Republik di media sosial itu, seperti yang dituduhkan Presiden AS Donald Trump.
Ilustrasi Twitter./Reuters
Ilustrasi Twitter./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Twitter membantah melakukan diskriminasi terhadap akun anggota Partai Republik di media sosial itu, seperti yang dituduhkan Presiden AS Donald Trump.

"Kami tidak melakukan shadow ban dan kami tentunya tidak melakukan itu berdasarkan pandangan politik," cuit Chief Executive Twitter Jack Dorsey, Kamis (26/7/2018) waktu setempat.

Sebelumnya, Trump menuduh Twitter menyasar koleganya di Partai Republik dengan membatasi keberadaan mereka. Salah satunya dengan menyulitkan pengguna Twitter mencari profil atau cuitan dari anggota-anggota partai tersebut di menu pencarian.

Dia menyebut praktik ini sebagai shadow banning.

"Twitter melakukan shadow banning terhadap anggota Partai Republik. Tidak baik. Kami akan menelusuri praktik diskriminasi dan ilegal ini segera! Banyak keluhan," ujar Trump melalui akun Twitter resminya, Kamis (26/7).

Reuters melansir Jumat (27/7) ini disampaikan menyusul laporan dari Vice bahwa Anggota Komite Nasional Republik Ronna McDaniel dan anggota Partai Republik lainnya, termasuk juru bicara Donald Trump Jr., mengalami praktik shadow banning.

"Anggapan bahwa media sosial akan membatasi pandangan politik tertentu mesti menjadi kekhawatiran setiap warga AS. Twitter berutang jawaban kepada publik mengenai apa yang terjadi," papar McDaniel.

Sementara itu, anggota Kongres AS dari Partai Republik Matt Gaetz menyalahkan perubahan kebijakan di Twitter yang membuat jumlah follower-nya berkurang. Pihaknya mengaku sedang menyelidiki hal ini.

Dalam keterangan resminya, Twitter menegaskan tidak ada praktik seperti yang dituduhkan.

Media sosial tersebut menerangkan ada sistem yang menyusun peringkat suatu cuitan dan hasil pencarian. Hal itu dilakukan demi membuat suatu cuitan menjadi relevan.

Faktor yang mempengaruhi pemeringkatan itu ada tiga. Pertama, cuitan dari orang-orang yang dianggap menarik oleh si pengguna harus berada di peringkat atas.

Kedua, cuitan yang populer kemungkinan besar memiliki isi yang menarik dan karenanya mesti ditaruh di peringkat atas.

Ketiga, cuitan dari pihak-pihak yang berniat memanipulasi atau memecah belah pembicaraan harus ditaruh di peringkat bawah. Poin ini mencakup autentik tidaknya akun tersebut, apa saja yang akun tersebut lakukan di Twitter, dan bagaimana akun lainnya berinteraksi dengan akun tersebut.

Pada 12 Juli 2018, Twitter menerapkan kebijakan baru untuk meningkatkan kredibilitas dan menekan penyebaran berita bohong serta penipuan. Perubahan tersebut membuat para pengguna Twitter akan kehilangan sejumlah follower-nya, hingga lebih dari 2%. 

The Washington Post melaporkan mantan Presiden AS Barack Obama kehilangan 2 juta pengikutnya setelah kebijakan itu diterapkan, sedangkan penyanyi Katy Perry dan Justin Bieber kehilangan 3 juta follower. Adapun Trump kehilangan 200.000 dari 53 juta pengikutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Annisa Margrit
Editor : Annisa Margrit
Sumber : Reuters, The Washington Post
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper