Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OPINI: Warisan Asian Games

Kesamaan momentum Asian Games 1962 dan 2018 adalah percepatan pembangunan infrastruktur yang akan menjadi warisan generasi berikutnya. Tentu saja, pembangunan infrastruktur di era Soekarno lebih kuat pesan kebangsaan dan menjadi soft diplomacy dengan mancanegara.
Hasil kreasi pemuda Jati Pulo, Palmerah, Jakarta Barat dalam menyambut Asian Games./Bisnis- Regi Yanuar Widhia Dinnata
Hasil kreasi pemuda Jati Pulo, Palmerah, Jakarta Barat dalam menyambut Asian Games./Bisnis- Regi Yanuar Widhia Dinnata

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia kembali akan menjadi tuan rumah Asian Games XVIII yang akan dibuka Presiden Jokowi pada 18 Agustus 2018. Asian Games 2018 ini bukanlah yang pertama diselenggarakan di Indonesia. Pada era Presiden Soekarno, Indonesia pernah menjadi tuan rumah Asian Games IV pada 1962.

Bagi Soekarno, Asian Games bukanlah sekedar aktivitas olahraga belaka, tapi juga untuk membangun apa yang disebut Nation Building Indonesia. Asian Games adalah cara Soekarno menunjukan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa besar. Bukan bangsa yang dikecilkan oleh praktek kolonialisme yang melahirkan mentalitas kolonial berupa perasaan rendah diri sebagai sebuah bangsa.

Dalam amanatnya di depan olahragawan untuk Asian Games dan Thomas Cup di Sasana Gembira Bandung pada 9 April 1961, ditegaskan oleh Soekarno agar para olahragawan memberikan dedication of life-nya untuk Indonesia. Menurut Soekarno, hal ini penting untuk mengangkat nama Indonesia yang tiga setengah abad tenggelam dalam kegelapan, the dark ages of Indonesia.

Dalam kerangka menunjukan Indonesia sebagai bangsa besar, Soekarno membuat lanskap kota Jakarta dengan membangun sarana olahraga Asian Games. Tujuannya membuat Jakarta menjadi kota yang menakjubkan, besar, artistik, dan modern tidak kalah dengan negara-negara besar dan modern lainnya.

Untuk membangun Gelora Senayan dan bangunan-bangunan Asian Games, Indonesia disokong pinjaman US$12,5 juta dari Uni Soviet. Pada 8 Februari 1960, Wakil Pertama Perdana Menteri Uni Soviet Anastas Mikoyan menjadi saksi pembangunan awal Stadion Utama Senayan untuk Asian Games IV.

Ide mendirikan stadion dan komplek olahraga Senayan yang megah ini diperoleh Soekarno saat mengunjungi Stadion Luzhniki di Moskow pada 1956.

Bersamaan dengan pembangunan sarana olahraga, juga dibangun beberapa monumen. Menurut Benedict Anderson (2000), monumen-monumen yang dibangun di era Soekarno selain untuk memperingati peristiwa dimasa lalu juga dimaksudkan untuk generasi anak-cucu. Monumen adalah suatu cara untuk menghubungkan antara masa lalu dan masa depan.

Pada tahun 1961 mulai dibangun monumen Patung Selamat Datang oleh pematung Edhie Sunarso sebagai sambutan simbolis pada tamu-tamu mancanegara yang akan datang. Dalam pembuatan patung ini dikatakan oleh Soekarno, “Di sinilah patung yang akan jadi gerbang bangsa kita, awal dari mula sejarah berpikir kita. Djakarta akan jadi kota dunia.”

Soekarno juga membangun Hotel Indonesia dari dana hasil pampasan perang Pemerintah Jepang. Inspirasi desain interior Hotel Indonesia diperoleh Soekarno saat mengunjungi gedung Perserikatan Bangsa Bangsa di New York. Hotel Indonesia dimaksudkan menjadi simbol kerja sama bangsa-bangsa merdeka.

Infrastruktur yang menjadi ikon Jakarta yang juga dibangun adalah Jembatan Semanggi. Ketika melihat maketnya, Soekarno mengatakan, "Semanggi ini perlambang bunga yang imbang, dari susunan daun dan batangnya, seperti bangsa kita yang menyukai keindahan." Rangkaian pembangunan lanskap infrastruktur kota ini selain menjadi instrumen soft diplomacy juga untuk memberikan kesan pertama tentang Indonesia bagi para tamu yang datang.

Agar peristiwa Asian Games dapat mempersatukan bangsanya, Soekarno juga mendirikan TVRI sebagai televisi negara pada 24 Agustus 1962. TVRI digunakan Soekarno untuk menyiarkan pembukaan dan pertandingan Asian Games. TVRI menjadi teknologi paling maju saat itu untuk mengikat nasionalisme rakyat Indonesia melalui pertandingan olahraga.

Warisan bangunan dan monumen Asian Games 1962 kini masih dapat dinikmati di kota Jakarta. Sebagian besar infrastruktur ini masih akan digunakan pada Asian Games 2018. Sayangnya, beberapa ikon bangunan kini telah dikepung gedung-gedung tinggi dan kemacetan yang parah. Bahkan interior Hotel Indonesia telah diubah dengan mengabaikan nilai sejarah bangunan tersebut.

Dalam rangka Asian Games 2018, pemerintahan saat ini telah merenovasi ikon infrastruktur bersejarah yang dibangun masa Asian Games 1962. Untuk Asian Games 2018, pemerintah mengeluarkan biaya Rp30 triliun untuk biaya penyelenggaraan, infrastruktur dan sarana transportasi. Diharapkan semua infrastruktur yang dibangun ini dapat menjadi warisan masa depan.

Asian Games 2018 tidak cuma merenovasi Gelora Bung Karno. Kampung Atlet di kawasan Kemayoran dipugar dan diperluas. Velodrome Rawamangun dan Equestrian Park Pulomas juga dibangun sebagai arena balap sepeda dan pacuan kuda.

Untuk kelancaran transportasi, dibangun Light Trail Transit (LRT) di Jakarta dan Palembang, dua kota yang akan menjadi penyelenggara Asian Games 2018.

Kesamaan momentum Asian Games 1962 dan 2018 adalah percepatan pembangunan infrastruktur yang akan menjadi warisan generasi berikutnya. Tentu saja, pembangunan infrastruktur di era Soekarno lebih kuat pesan kebangsaan dan menjadi soft diplomacy dengan mancanegara.

Pada Asian Games 2018, gelaran ini diharapkan juga dapat menjadi perekat kebangsaan serta promosi budaya dan pariwisata Indonesia.

*) Artikel dimuat di koran cetak Bisnis Indonesia edisi Jumat (27/7/2018)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper