Bisnis.com, JAKARTA -- Pemerintah Iran tak mengacuhkan peringatan dari Presiden AS Donald Trump jika berani mengancam Negeri Paman Sam.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menyampaikan bahwa negaranya tidak akan mengacuhkan AS.
"Anggap kami tidak tertarik: Dunia sudah pernah mendengar ancaman yang lebih keras beberapa bulan lalu. Warga Iran sudah pernah mendengarnya--meski lebih sopan--selama 40 tahun. Kami sudah ada sekitar satu milenia dan pernah melihat kejatuhan banyak kekaisaran, termasuk milik kami sendiri, yang berlangsung lebih dari lama dari umur beberapa negara," paparnya melalui Twitter, seperti dilansir Reuters, Selasa (24/7/2018).
COLOR US UNIMPRESSED: The world heard even harsher bluster a few months ago. And Iranians have heard them —albeit more civilized ones—for 40 yrs. We’ve been around for millennia & seen fall of empires, incl our own, which lasted more than the life of some countries. BE CAUTIOUS!
— Javad Zarif (@JZarif) July 23, 2018
Zarif menambahkan bahwa AS harus berhati-hati, dengan menuliskannya dalam huruf kapital, sama seperti yang dilakukan Trump melalui Twitter-nya.
Pernyataan itu disampaikan setelah Trump memperingatkan Iran untuk tak mengancam AS jika tidak ingin bernasib sama dengan pihak-pihak yang pernah menderita sebelumnya.
To Iranian President Rouhani: NEVER, EVER THREATEN THE UNITED STATES AGAIN OR YOU WILL SUFFER CONSEQUENCES THE LIKES OF WHICH FEW THROUGHOUT HISTORY HAVE EVER SUFFERED BEFORE. WE ARE NO LONGER A COUNTRY THAT WILL STAND FOR YOUR DEMENTED WORDS OF VIOLENCE & DEATH. BE CAUTIOUS!
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) July 23, 2018
Pada Minggu (22/7), Presiden Iran Hassan Rouhani menyampaikan bahwa Trump sebaiknya tidak bermain-main dengan ekor singa jika tidak ingin menyesal.
"AS harus tahu bahwa kedamaian di Iran adalah ibu dari segala perdamaian dan perang dengan Iran adalah ibu dari segala perang," ujarnya.
Banyak warga Iran khawatir jika perang retorika ini akan memicu konflik bersenjata. Namun, sejumlah sumber Reuters meyakini pemerintahan Trump tidak akan membawa AS ke perang lain di Timur Tengah.
Tidak hanya ada pengalaman sulitnya mempertahankan keamanan di Irak setelah perang berakhir pada 2003, tapi perang dengan Iran bisa menyeret harga minyak mentah dunia dan turut merugikan AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel