Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gubernur Federal Reserve Mulai Khawatir Dengan Kebijakan Dagang Trump

Gubernur Federal Reserve Jerome Powell memberikan sinyal bahwa pejabat bank sentral mulai khawatir terhadap dampak kebijakan dagang Presiden AS Donald Trump.
Gubernur The Fed Jerome Powell/Bloomberg
Gubernur The Fed Jerome Powell/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur Federal Reserve Jerome Powell memberikan sinyal bahwa pejabat bank sentral mulai khawatir terhadap dampak kebijakan dagang Presiden AS Donald Trump.

Sebelumnya, The Fed menyatakan kebijakan dagang Pemerintahan Trump berada di luar kendali bank sentral dan percaya bahwa kebijakan tersebut mungkin yang terbaik.

Namun, ketika dengar pendapat di Kongres AS selama dua hari, Powell menyiratkan bahwa bank sentral khawatir kebijakan dagang tersebut dapat menyebabkan ketidakpastian dan mengubah alur investasi bisnis yang akhirnya berdampak pada kebijakan The Fed.

“Semakin banyak perusahaan yang merugi karena ini [tensi dagang]. Kami belum melihat angka agregatnya karena perekonomian AS bernilai US$20 triliun, sehingga membutuhkan waktu untuk menghitung dampaknya,” ujar Powell di hadapan anggota DPR dan Senat AS, seperti dikutip Reuters, Kamis (19/7/2018).

Dia melanjutkan, bank sentral telah mendengar banyak keluhan bahwa perusahaan mulai khawatir dan ragu-ragu di dalam mengambil keputusan melakukan investasi.

Adapun pandangan Powell tersebut mewakili pendapat bank sentral secara meluas kendati belum akan memengaruhi dokumen kebijakan utama The Fed.

Namun, menjawab pertanyaan dari DPR dan Senat AS, Powell memberikan pandangan terbuka bahwa The Fed dapat kesulitan jika hambatan dagang nantinya berakhir menjadi meningkatnya tarif yang dapat merendahkan tingkat upah, mengurangi investasi, memperlambat produktivitas, dan dampak stagflasi lainnya.

“Batas bawahnya adalah proteksi ekonomi yang berlebihan, yaitu ekonomi yang kurang kompetitif, kurang produktif. Jika memang ke sana perginya, kami tidak tahu apa yang akan dilakukan,” ungkap Powell.

Pernyataan Powell yang berhati-hati tersebut dinilai tidak memberikan kritik atau menyinggung kebijakan Pemerintahan AS. Pasalnya, yang dia sampaikah hanya berupa teori dan memang merupakan tugas The Fed untuk fokus terhadap kebijakan moneter dan mengabaikan arah kebijakan pemimpin negara.

Mark Spindel, Chief Investment Officer di Potomac River Capital, mengatakan tindakan Powell belum akan memengaruhi data ekonomi nasional AS.

“Garis yang berusaha dilalui Powell tampak kabur dan penuh ketidakpastian,” ungkapnya.

Berbeda dari pendahulunya, mantan Gubernur The Fed Ben Bernanke dianggap lebih berani ketimbang Powell dengan mengambil langkah terbuka, yaitu memperingatkan para pembuat kebijakan mengenai pemangkasan anggaran dapat mengganggu pemulihan ekonomi yang masih lama pada 2013.

Ditanya oleh salah seorang anggota DPR AS mengenai situasi sekarang dapat disebut perang dagang atau tidak, Powell menjawab, “hal itu bukan kewenangan saya.”

Sejauh ini, The Fed masih fokus di dalam pengetatan moneternya. Pada Rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) Juni, otoritas moneter AS tersebut menyampaikan bakal menaikkan suku bunga acuan (federal fund rates/FFR) sebanyak dua kali lagi menjelang akhir tahun.

Powell pun masih belum memberikan indikasi perubahan dari keputusan itu dan terus memperkirakan bahwa perekonomian AS masih akan menguat dalam beberapa tahun ke depan.

Adapun, laporan Beige Book terbaru dari The Fed, yaitu laporan ekonomi yang dihimpun dari 12 distrik The Fed di AS hingga 9 Juli 2018, memperlihatkan selisih kian melebar antara data ekonomi yang menjadi fokus The Fed dan keputusan berbisnis yang mempengaruhi lansekap makroekonomi AS.

Laporan itu menunjukkan, aktivitas bisnis di AS masih didukung oleh penguatan ekonomi, namun sebagian besar memperlihatkan kekhawatiran terhadap kebijakan dagang. Pelaku bisnis khawatir tarif dan hambatan dagang dapat meningkatkan biaya operasional dan mengurangi optimisme berbisnis lainnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Saeno
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper