Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Perdagangan China Membengkak selama Juni

Surplus perdagangan bulanan China untuk Amerika Serikat naik ke rekor tertingginya pada Juni. Selain itu, ekspor menuju AS juga melonjak akibat eskalasi perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia.
Bendera AS dan China/newline
Bendera AS dan China/newline

Bisnis.com, JAKARTA – Surplus perdagangan bulanan China untuk Amerika Serikat naik ke rekor tertingginya pada Juni. Selain itu, ekspor menuju AS juga melonjak akibat eskalasi perang dagang antara dua ekonomi terbesar di dunia.

Namun, angka itu bisa terkoreksi untuk neraca perdagangan bulan berikutnya setelah perang dagang China-AS berlaju mulai  6 Juli 2018 dengan pengenaan tarif impor 25%.

Berdasarkan data Administrasi Bea Cukai China, surplus perdagangan China dengan AS mencapai US$28,97 miliar Juni, tertinggi secara bulanan sejak 1999. Adapun ekspor juga menanjak hingga US$42,62 miliar.

Sebagai eksportir terbesar di dunia, China melanjutkan keuntungannya dari penguatan permintaan global. Akan tetapi, meningkatnya tensi dan hambatan perdagangan dengan AS turut membawa beban terhadap outlook-nya.

Baik China maupun AS telah mengenakan tarif sebesar 25% terhadap produk impor masing-masing negara senilai US$34 miliar per 6 Juli 2018. Terbaru, Beijing menyatakan bakal membalas tarif tambahan untuk produk impor senilai US$200 mliar yang diajukan AS.

“Rekor surplus bilateral menunjukkan perekonomian AS sangat kuat sementara China melambat,” kata Wang Jian, Ekonom Shenwan Hongyuan Group Co., Shanghai, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (13/7/2018).

Dia menjelaskan, investasi domestik China melambat karena tekanan dari sisi pembiayaan sementra konsumsi juga tidak begitu baik.

Adapun pelemahan yuan pada Juni juga merupakan yang terburuk secara bulanan sejak 1994, atau turun lebih dari 3% di hadapan dolar AS.

Sementara itu nilai yuan dapat menopang eksportir dalam jangka panjang, kini nilainya telah jatuh dan menimbulkan kekhawatiran bahwa perang dagang terjadi bertepatan dengan perlambatan ekonomi China.

Secara keseluruhan, ekspor untuk semua negara dari China naik 11,3% pada Juni dalam hitungan dolar AS. Begitu pula impor, naik 14,1% di bawah perkiraan 21,3%, sehingga surplus perdagangan Negeri Panda menjadi US$41,61 miliar.

Ada pun surplus perdagangan dengan Uni Eropa menanjak hingga ke level tertingginya sejak 2011, sementara defisit perdagangan dengan Jepang berkurang.

Lebih lanjut, data perdagangan dirilis sebelum laporan produk domestik bruto (PDB) untuk kuartal kedua diumumkan pada Senin (16/7/2018). Nantinya, data-data makroekonomi itu akan melengkapi gambaran perekonomian negara ekonomi terbesar di dunia pada paruh pertama 2018.

“Pertumbuhan impor dan ekspor menguat pada paruh pertama karena perusahaan mengambil langkah awal sebelym perang dagang, alhasil data perdagangan untuk tahun berjalan menjadi baik. Tetapi momentumnya sulit untuk berkelanjutan di masa depan,” ungkap Ding Shuang, Kepala Ekonom untuk China dan Asia Utara di Standard Chartered Bank Ltd., Hong Kong.

Ding juga menambahkan, China masih memiliki permintaan domestik yang solid kendati ada penurunan di dalam pertumbuhan impor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper