Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Efek Brexit: FDI Inggris Merosot, di Uni Eropa malah Naik

Industri jasa keuangan di Britania Raya mengalami penurunan investasi asing langsung atau FDI (foreign direct investment) sementara negara-negara Uni Eropa lainnya menikmati peningkatan. Berdasarkan riset terbaru, hal itu disebabkan oleh indikasi dampak Brexit terhadap sektor keuangan.
Komisi Uni Eropa./europa
Komisi Uni Eropa./europa

Bisnis.com, JAKARTA – Industri jasa keuangan di Britania Raya mengalami penurunan investasi asing langsung atau FDI (foreign direct investment) sementara negara-negara Uni Eropa lainnya menikmati peningkatan. Berdasarkan riset terbaru, hal itu disebabkan oleh indikasi dampak Brexit terhadap sektor keuangan.

Ernst & Young (EY) menyampaikan di dalam laporan yang dikeluarkan pada Senin (9/7/2018), FDI untuk perusahaan jasa keuangan Inggris turun 26% pada tahun lalu. Sementara di dalam periode yang sama, FDI untuk Jerman mendapatkan kenaikan sebesar 64% dan FDI untuk Perancis naik dua kali lipat. 

“London tetap menjadi kota teratraktif di UE untuk investasi jasa keuangan, tapi selisihnya dengan Paris, Frankurt, dan Dublin semakin meruncing,” tulis EY, seperti dikutip Bloomberg, Senin (9/7/2018).

Ada pun macetnya pembicaraan antara UE dan Inggris sejak Maret silam telah membuat perbankan tergesa-gesa untuk membuka hub perdagangan baru di kawasan UE daratan.

Regulator UE pun berharap bank-bank tersebut mendirikan operasional berskala penuh dan independen di dalam kawasan perdagangan Benua Biru dengan staf yang lengkap secepatnya.

Kepala Layanan Keuangan UE di EY Omar Ali di dalam laporan tersebut menyatakan. perusahaan jasa keuangan yang berpusat di Inggris perlu memastikan akses ke dalam pasar Eropa setelah Brexit, untuk melindungi masa depan bisnis mereka.

“Pertanyaannya adalah, apakah perubahan ini hanya untuk sementara atau tren berkelanjutan?” ujarnya.

Lebih rinci, di dalam laporan tersebut, sektor keuangan Inggris menarik 78 proyek FDI pada tahun lalu, atau terbesar di seluruh Eropa, namun turun dari rekor 106 proyek pada tahun sebelumnya.

Sementara itu, total proyek yang dimiliki Jerman naik menjadi 64 proyek pada 2017 dari 39 proyek pada 2016. Selain itu, Perancis juga mencatatkan kenaikan proyek baru menjadi 49 pada 2017 dari 22 pada 2016.

Sekitar 45% investor yang disurvei EY mengatakan potensi kerugian yang dapat terjadi ketika mengakses pasar UE dari Inggris pasca-Brexit menjadi salah satu perhatian terbesar. Sementara 26% lainnya mengatakan perubahan regulasi merupakan isu utamanya.

Terlepas dari kekhawatiran tersebut, dua per tiga dari responden masih belum mengubah rencana investasi mereka sejak Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa dua tahun lalu, dan tiga-per-empat responden menyatakan tidak berencana untuk memindahkan stafnya.

“Terlepas dari semua tantangan, Inggris masih menjadi pasar teratraktif untuk FDI di Eropa,” imbuh Ali.

Namun, dia menjelaskan, pihaknya tidak dapat mengabaikan penurunan investasi dan sentimen ke depan. Pasalnya, investor telah mengirimkan pesan yang sangat jelas bahwa mereka membutuhkan jawaban terhadap masalah pengaturan perdagangan, akses pekerja, dan pendekatan Inggris terhadap ekonomi di masa depan.

Terkait perkembangan Brexit, PM Inggris Theresa May telah melengkapi rencana Brexit-nya, yaitu dengan tetap menjaga hubungan erat dengan UE.

Hal itu pun memicu kepala negosiatornya mengundurkan diri, hanya dua hari selang May mengumumkan bahwa kesepakatan di dalam kabinetnya telah tercapai.

Menteri Inggris untuk urusan Brexit David Davis dan wakilnya Steve Baker mengundurkan diri karena tidak setuju dengan rencana May yang ingin tetap menjaga hubungan perdagangan barang dengan UE (meskipun tidak untuk layanan jasa, termasuk layanan keuangan).

“Jalur umum kebijakan akan membuat kita di posisi terlemah di dalam perundingan, dan mungkin posisi yang tidak dapat mengelak,” tulis David di dalam surat pengunduran dirinya.

Dia menjelaskan, rencana May tersebut sama saja dengan memberikan kendali sebagian besar perekonomian Inggris kepada UE dan justru tidak mengembalikan kendali hukum Inggris sepenuhnya.

Sebagai responsnya untuk Davis, May tetap dengan pendiriannya bahwa rencana itu akan sesuai dengan hasil referendum program partainya.

“Saya tidak sepakat dengan karakterisasi kebijakan anda [Davis] di kabinet. Parlemen akan menentukan untuk mendukung atau tidak kesepakatan yang dirundingkan, namun kesepakatan itu pasti akan mengembalikan kekuatan dari Brussels kepada Inggris,” kata May. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Sutarno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper