Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelemahan Rupiah Bisa Gerogoti Citra Pemerintah

Wakil Ketua Komisi XI DPR Achmad Hafisz Tohir mengatakan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah bisa membuat citra pemerintah ikut menurun di mata dunia usaha.
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari
Petugas jasa penukaran valuta asing memeriksa lembaran mata uang rupiah dan dollar AS di Jakarta, Senin (2/7/2018)./ANTARA-Puspa Perwitasari

Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Ketua Komisi XI DPR Achmad Hafisz Tohir mengatakan bahwa melemahnya nilai tukar rupiah bisa membuat citra pemerintah ikut menurun di mata dunia usaha.

Menurutnya, kalau pelemahan nilai tukar itu berlanjut bukan tidak mungkin berdampak negatif pada kinerja Presiden Joko Widodo selain menurunkan citra publik pemerintah.

"Hal itu bisa saja dan berpotensi akan menurunkan elektabilitas Jokowi menjelang Pilpres 2019," kata Hafisz kepada wartawan hari ini, Senin (9/7/2018).

Namun saat ditanya soal dampak lebih jauh terpuruknya rupiah bisa mempengaruhi pencapresan Jokowi, Hafisz meragukannya. Alasannya, pencapresan merupakan keputusan politik partai pendukung Jokowi.

"Saya kira tidak sampai ke situ. Artinya  tidak akan mempengaruhi pencapresan Jokowi," ujar politisi Partai Amanat Nasional (PAN) itu.

Hafisz menyarankan agar kementerian bidang ekonomi segera mencari solusi terhadap perbaikan tersebut. Setidaknya para pejabat itu mencari strategi baru guna meredam nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar AS.

“Tidak bisa mengatasi hal itu hanya dengan kebijakan yang biasa- biasa saja,” ujarnya.

Lebih jauh kata Hafisz, pemerintah sebaiknya tidak hanya menanggapi dengan kebijakan luar biasa. Dengan demikian, bisa dipastikan kondisi ekonomi nasional akan dirasakan makin sangat berat. Apalagi daya saing Indonesia di Asia Tenggara sangat lemah.

“Seharusnya menteri-menteri perekonomian RI tidak boleh menyikapi penguatan dolar AS kali ini hanya dengan aksi yang biasa-biasa saja. Harus ada action plan yang diluar dari biasa-biasa saja,” ujarnya.

Selain itu, ujarnya, dari sisi kepercayaan luar negeri yang sudah baik (sebagai emerging country) justru belum berjalan efektif.

Sebab sampai kini modal yang masuk sebagai PMA ataupun pada portofolio belum sukses menambah capital untuk mesupport pembiayaan pembangunan pada beberapa sektor sehingga APBN jadi terasa berat karena harus ikut membiayai infrastruktur.

“Kebijakan seperti ini tentu akan menguatkan US dollar (alias melemahkan nilai tukar rupiah) sepanjang arus modal belum bisa berkontribusi pada gerakan menumbuhkan ekonomi,” ujar Hafisz.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper