Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PBOC Akan Turunkan Rasio Cadangan Wajib Perbankan China

Bank sentral China (PBOC) menyatakan rasio cadangan wajib (Reserve Requirement Ratios/RRR) perbankan harus diturunkan untuk meringankan beban institusi keuangan China.
ilustrasi./.Bloomberg
ilustrasi./.Bloomberg

Kabar24.com, JAKARTA – Bank sentral China (PBOC) menyatakan rasio cadangan wajib (Reserve Requirement Ratios/RRR) perbankan harus diturunkan untuk meringankan beban institusi keuangan China.

Hal itu tertuang dalam lembar kerja PBOC yang dirilis dalam situs resminya. Namun di sisi lain, PBOC juga menyatakan, China masih merupakan negara berkembang yang artinya RRR di level tinggi tetap perlu dijaga.

“Penting untuk mengubah kebijakan moneter dari mode berbasis kuantitatif menjadi mode berbasis harga,” tulis PBOC seperti dikutip Bloomberg, Selasa (19/6/2018) sambil menambahkan, otoritas moneter China itu secara bertahap akan menyatukan suku bunga pasar, deposito, dan pinjaman.

Adapun, pada April PBOC secara tidak terduga memangkas RRR untuk sebagian besar bank, melalui langkah yang terlalu dini dan lebih agresif dari yang diperkirakan. Pasalnya, PBOC memiliki kekhawatiran terkait likuiditas dan potensi pelemahan ekonomi dari perang dagang dengan AS.

Banyak analis yang memperkirakan pemotongan RRR berikutnya akan terjadi dalam beberapa bulan ke depan seiring dengan pertumbuhan ekonomi China mulai mendingin di bawah tekanan meningkatnya biaya pinjaman dan terobosan regulator untuk membasmi praktik pinjaman berisiko (perbankan bayangan).

Menurut UBS Asset Management, China dapat mengurangi pengendalian kelebihan leverage untuk membantu perusahaan yang kesulitan membayar utang jatuh tempo pada kuartal III/2018 sebesar 1,4 triliun yuan (US$218 miliar).

“Saat ini, Pemerintahan China sedang menahan senjatanya, ingin melakukan deleverage. Namun, menurut saya, risiko lebih lanjut juga bermunculan seiring dengan memasuki fase deleveraging,” kata Hayden Briscoe, Asia Pasific Head of Fixed Income di UBS Asset Management.

UBS Asset Management memperkirakan China akan mulai mengizinkan uang mengalir kembali ke beberapa sektor, baik lewat pemotongan RRR maupun melalui fasilitas pinjaman jangka menengah.

“Kami akan terus memperkirakan ada kebutuhan pendanaan ulang onshore yang besar hingga utang jatuh tempo dapat dibayar dengan mudah, pasar akan tetap gugup,” tambah Briscoe.

Senada, Aberdeen Standard Investment juga memperkirakan pada awal bulan ini, China akan mengurangi pengawasan leverage dan melonggarkan kebijakan moneter dengan memotong RRR.

Adapun, di tengah tensi perang dagang, PBOC juga telah megupayakan baik melalui uang maupun kata-kata untuk menenangkan pasar terkait tensi perdagangan dan pelemahan ekonomi.

PBOC telah menyuntikkan dana sebesar 200 miliar yuan (US$31 miliar) ke dalam perekonomian lewat fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF) pada Selasa (19/6/2018).

Adapun jika dikombinasikan dengan dana yang telah diberikan pada awal bulan ini, total dana suntikan bersih dari PBOC telah mencapai 403,5 miliar yuan pada Juni, terbanyak sejak Desember 2016. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dwi Nicken Tari

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper