Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Agar Anak Nyaman Bersilaturahmi Saat Lebaran

Hari Raya Idulfitri merupakan salah satu ajang untuk silaturahmi dengan keluarga besar dan tetangga di lingkungan sekitar rumah. Anak yang berusia di bawah satu tahun atau batita biasanya tidak nyaman jika diajak dan harus bertemu dengan orang banyak.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kedua kanan) menggendong seorang anak sambil berbicang dengan pemudik gratis bersepeda motor asal Jakarta yang baru turun dari KM Sabuk Nusantara 80, di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (13/6/2018)./ANTARA-R. Rekotomo
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi (kedua kanan) menggendong seorang anak sambil berbicang dengan pemudik gratis bersepeda motor asal Jakarta yang baru turun dari KM Sabuk Nusantara 80, di Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang, Jawa Tengah, Rabu (13/6/2018)./ANTARA-R. Rekotomo

Bisnis.com, JAKARTA – Hari Raya Idulfitri merupakan salah satu ajang untuk silaturahmi dengan keluarga besar dan tetangga di lingkungan sekitar rumah. Anak yang berusia di bawah satu tahun atau balita biasanya tidak nyaman jika diajak dan harus bertemu dengan orang banyak.

Dilansir dari Parents.com, Minggu (17/6/2018) ada beberapa cara untuk membuat anak lebih nyaman ketika harus bertemu dengan orang banyak, seperti saat diajak bersilaturahmi pada momen Idulfitri.

1.      Sering ajak bicara

Meskipun belum bisa bicara dengan fasih, anak masih bisa mengutarakan apa yang dia inginkan dengan menangis, tersenyum, mendekut, dan sebagainya. Craig T. Ramey, ahli anak dan penulis buku ‘Right from Birth’ mengatakan, orang tua bisa mengajak anak berinteraksi sejak kecil, bahkan sejak anak baru lahir. Ikutlah tersenyum saat anak senang, sebagai contoh bagi anak bahwa dunia merupakan tempat yang menyenangkan.

2.      Kenali keunikan anak

Ada tipe anak yang mudah dekat dengan siapa pun, ada juga yang merasa tidak nyaman dan menjadi rewel ketika dikenalkan dengan orang baru. Orang tua harus mengenali keunikan mana yang anak miliki.

“Apabila orang tua memaksakan anaknya untuk dekat dengan orang lain padahal dia tidak mau, kedepannya anak akan semakin menolak untuk diajak bersosialisasi,” ujar Miller Shivers, ahli anak dan psikolog klinis Children’s Memorial Hospital di Chicago.

3.      Perluas lingkup sosial anak secara perlahan

Kenalkan orang baru secara perlahan, mulai dari keluarga terdekat seperti kakek dan neneknya, perawatnya bila ada, dan masuk ke keluarga besar atau teman-teman Orang tua. Ajak juga anak lainnya, sehingga meskipun tidak saling berinteraksi, anak tetap bisa mempelajari lingkungannya.

Pastikan bahwa orang terdekatnya masih dalam jangkauan pandang sehingga anak merasa aman meskipun berada di lingkungan baru.

4.      Kenalkan dengan anak yang usianya lebih tua

“Senyum dan tawa pertama seorang anak biasanya muncul setelah melihat perilaku anak yang lebih tua,” tutur K. Mark Sossin, Profesor Psikologi di Pace University, New York. Saudara yang lebih tua dapat memberikan inspirasi anak kecil untuk melakukan hal-hal baru seperti berjalan, makan, dan bicara.

Jika anak anda merupakan anak pertama, momen Lebaran menjadi saat yang cocok untuk mengenalkan anak anda dengan saudara yang usianya lebih tua dari anak anda.

5.      Orang tua menjadi contoh untuk berperilaku ramah

Orang tua bisa menjadi contoh bagi anak untuk berperilaku ramah, misalnya dengan menyapa sang Ayah saat pulang kerja, atau menghubungi kakek dan neneknya dengan video call, jelaskan pada anak bahwa orang tuanya sedang menghubungi kakek neneknya.

Apabila dilakukan decara rutin, anak akan lebih mudah mengenal orang lain dan bersikap lebih ramah.

Selain mengajarkan pada anak, orang tua juga tidak boleh lupa untuk memberitahu orang-orang yang sekiranya akan ditemui anak, terutama pada momen Lebaran, apabila sang anak kurang nyaman bila bertemu orang baru. Dengan memberitahukan ke orang lain, mereka jadi lebih berhati-hati dalam mendekati anak anda.

Usahakan orang tua juga tetap berada dalam jangkauan pandang anak, agar anak tetap merasa aman dan nyaman meskipun dilepas di tengah orang-orang yang baru pertama kali ditemui.

Adapun, orang tua bisa memberikan barang yang familiar bagi anak ke orang baru tersebut dan jadikan sebagai alat penghubung. Misalnya, beri boneka kesayangan anak pada paman yang baru pertama kali ditemui. Biarkan pamannya memberikan boneka tersebut pada anak, sehingga anak paham bahwa pamannya tidak berniat jahat dan anak akan merasa aman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Anggi Oktarinda

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper