Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Disebut ‘Kampus Teroris’, Begini Penjelasan Rektor Universitas Brawijaya

Rektor Universitas Brawijaya (UB) Terpilih Profesor Nuhfil Hanani AR menjelaskan beberapa penyebab mahasiswa terpapar paham radikalisme.
Rektor Universitas Brawijaya (UB) Terpilih Profesopr Nuhfil Hanani AR (paling kiri) dalam suatu seminar di Jakarta, Senin (11/6/2018)./Istimewa
Rektor Universitas Brawijaya (UB) Terpilih Profesopr Nuhfil Hanani AR (paling kiri) dalam suatu seminar di Jakarta, Senin (11/6/2018)./Istimewa

Bisnis.com, MALANG - Rektor Universitas Brawijaya (UB) Terpilih Profesor Nuhfil Hanani AR menjelaskan beberapa penyebab mahasiswa terpapar paham radikalisme.

“Saya tidak memungkiri bahwa kegiatan-kegiatan ilegal yang mengarahkan civitas akademi mengikuti gerakan radikalisme bisa saja terjadi di berbagai tempat termasuk di dalam kampus,”ujar Nuhfil di Malang, Selasa (12/6/2018) mengomentari berbagai stigma mengenai UB yang disebut “Kampus Teroris”.

Namun, dia berharap, semua pihak harus memiliki data yang akurat tentang apa penyebab terjadinya gerakan radikalisme di kampus. Bagaimana cara penyebarannya, dan cara mengatasi gerakan radikalisme tersebut.

Yang jelas, kata dia, pimpinan di UB telah melakukan pengamatan dan deteksi dini terhadap isu ini. Hasil pengamatan di lapangan menemukan bahwa ada dua faktor penyebab radikalisme di dalam kampus, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Seseorang ikut dalam gerakan radikalisme dan menjadi teroris adalah karena faktor internal dari dalam diri pelaku, yakni kondisi psikologis pelaku, seperti stres dan depresi akibat adanya tuntutan hidup dan terbelit pada kesulitan ekonomi, serta masa lalu.

Seseorang yang kondisi psikologisnya tidak stabil akan dengan mudah dipengaruhi oleh paham yang berkiblat pada terorisme. Seseorang yang sedang labil akan cenderung mudah didekati secara personal oleh para agen-agen teroris.

“Biasanya diawali dengan mengajak orang tersebut kedalam kelompok pengajian kecil atau halaqoh,” ucapnya.

Media ini digunakan oleh para agen sebagai tempat curhatnya orang yang sedang labil, sehingga orang tersebut merasa nyaman dan memiliki teman untuk berbicara.

Faktor Eksternal

Sedangkan faktor eksternal yang menjadi penyebab terjadinya terorisme, kata Nuhfil, dapat diidentifkasi sebagai keterpengaruhan sesorang terhadap faham-faham terorisme.

Faktor eksternal lain yang juga ikut mempengaruhi seseorang menjadi pelaku teroris adalah lunturnya nilai-nilai kebangsaan, kesenjangan ekonomi, pemahaman keagamaan yang keliru, doktrin jihad dari luar masuk ke Indonesia, dan sentimen emosianal ingin ikut jihad setelah melihat penindasan kaum muslim di berbagai negara seperti di Palestina, Suriah, dan Afganistan.

Untuk menangkal redikalisme di kampus, UB memiliki 4 cara, yakni profiling civitas akademi, untuk mengetahui pandangan dosen, tenaga administrasi, dan mahasiswa mengenai paham radikal. Profiling penting sebagai langkah awal untuk menentukan model pendampingan kepada civitas akademi.

Selanjutnya, pembentukan psychology centre dibentuk sebagai wadah pemberian konsultasi dan pendampingan civitas akademi yang mengalami masalah psikologi.

Penyelenggaraan diskusi terbuka, yang bertujuan memberikan ruang bebas bagi civitas akademi dalam membahas agama dan ideologi-ideologi penting.

“Monitoring pengajia dilakukan untuk mencegah kajian radikalisme yang bersifat eksklusif melalui pengajian-pengajian kelompok kecil.”

4 Pendekatan

Dalam mengatasi gerakan radikal, UB juga menggunakan 4 pendekatan dalam startegi penangkalan radikalisme di kampus, yakni pendekatan sosiologis, penguatan dan pendampingan kegiatan keagamaan di kampus, pembinaan unit kegiatan mahasiswa (UKM), serta pemberdayaan organisasi ekstra seperti HMI, PMII, IMM, dan lainnya.

Juga, pendekatan keamanan, pendekatan intelejen untuk mendeteksi dini gejala radikalisme di kampus, pelatihan bela negara terhadap civitas untuk meningkatkan jiwa kebangsaan, pemberdayaan organisasi Menwa dan pramuka di kampus, pendekatan akademik, penguatan nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan belajar mengajar, membangun kurikulum yang mampu menanamkan jiwa kebangsaan dan nilai-nilai toleransi,dan penguatan sistem pembimbingan akademik mahasiswa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper