Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

KAPOLRI: Terduga Teroris di Lampung Jaringan JAD

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan terduga teroris yang ditangkap Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 di Lampung merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri) berbincang dengan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian sebelum rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (16/4/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A
Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (kiri) berbincang dengan Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian sebelum rapat terbatas di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (16/4/2018)./ANTARA-Wahyu Putro A

Bisnis.com, BANDARLAMPUNG -  Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian mengatakan terduga teroris yang ditangkap Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 di Lampung merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).

"Ya, yang tertangkap di Lampung merupakan jaringan JAD," kata Kapolri usai mengikuti acara "Safari Ramadhan 1439 Hijriah" bersama keluarga besar TNI/Polri serta komponen masyarakat Lampung di Makorem 043/Gatam, Bandarlampung, Senin (4/6/2018).

Ia mengatakan bahwa jaringan teroris di Lampung tidak terlalu besar. Meski demikian, pihaknya akan tetap mewaspadai radikalisme dan aksi teroris termasuk jaringannya.

Tito mengatakan bahwa penangkapan terduga teroris di Lampung beberapa waktu lalu merupakan jaringan Jamaah Ansharut Daulah (JAD).
Menurut dia, aksi terorisme merupakan puncaknya saja dari sebuah proses. Saat ini ada perubahan pola pikir para pelaku teror yang mengadopsi ideologi terorisme yang membolehkan menggunakan kekerasan.

"Secara bertahap teori tersebut berkembang dengan mengambil momentum kebebasan demokrasi, kebebasan berkumpul mengambil perkembanagn medsos, dan di negara Barat sekarang menjadi problem dan banyak diteliti," ujarnya.

Kapolri menjelaskan bahwa saat ini penyebaran paham atau ideologi tertentu dilakukan orang per orang atau tertutup. Bahkan, mereka tanpa pemimpin mendapatkan ideologi tersebut hanya melalui internet atau media sosial.

Ia mencontohkan pada peristiwa kerusuhan di Mako Brimob, ada dua wanita saat ditanya petugas mereka mendapatkan ideologi atau paham yang keliru itu dari media sosial.

"Mereka hanya dibaiat melalui video call,dan tidak bertemu secara langsung," katanya.

Untuk mengatasi permasalahan pemahaman atau ideologi keliru tersebut, menurut Tito, penyelesaiannya juga dengan ideologi yang benar.

"Penyelesaiaan radikalisme sebisa mungkin tidak menggunakan senjata, tetapi dengan memberikan pemahaman yang benar dan ini merupakan tugas semua pihak, bukan hanya TNI/Polri, melainkan juga tokoh masyarakat, tokoh agama, serta yang lainnya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper