Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

FMKI Tolak Pemindahan Kedutaan ke Yerusalem & Kutuk Terorisme

FMKI KAJ menilai pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem telah menciptakan gejolak yang menimbulkan korban jiwa di Jalur Gaza, perbatasan Israel Palestina.
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) meninjau lokasi kejadian ledakan bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018)./Reuters-Beawiharta
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) meninjau lokasi kejadian ledakan bom di Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/5/2018)./Reuters-Beawiharta

Bisnis.com, JAKARTA – Forum Masyarakat Katolik Indonesia Keuskupan Agung Jakarta (FMKI KAJ) menilai pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat dari Tel Aviv ke Yerusalem telah menciptakan gejolak yang menimbulkan korban jiwa di Jalur Gaza, perbatasan Israel – Palestina.

Ketua Umum FMKI KAJ Yulius Setiarto mengatakan bentrokan berdarah di Jalur Gaza dan sejumlah tempat di Tepi Barat antara aparat keamanan Israel dengan pemuda Palestina telah menimbulkan setidaknya 61 warga Palestina tewas dan lebih dari 2.700 luka-luka.

"Kami tetap konsisten pada sikap menolak pemindahan kedutaan besar Amerika Serikat di Yerusalem, dan kami menentang segala tindak kekerasan yang dilakukan oleh Israel kepada rakyat Palestina," ujarnya melalui siaran pers yang dikutip Bisnis pada Selasa (22/5/2018).

Yulius mengharapkan kepada masyarakat untuk tetap waspada terhadap lingkungan masyarakat sekitar. Dia menegaskan tetapnya menciptakan suasana kondusif diikuti rasa persaudaraan.

Sebelumnya, FMKI dan sejumlah ormas Katolik juga mengeluarkan pernyataan atas aksi bom bunuh diri yang meledak di Gereja Katolik Santa Maria Tak Tercela, Gereja Kristen Indonesia, dan Gereja Pantekosta 146 di Surabaya sebagai tindakan nyata kejahatan terorisme.

Sejumlah ormas Katolik itu terdiri atas Sekretaris Nasional Forum Masyarakat Katolik Indonesia (Seknas FMKI), Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA), Wanita Katolik Republik Indonesia (WKRI), Pemuda Katolik, dan Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI).

Ormas-ormas ini berpendapat bahwa aksi teror tersebut telah menyebabkan duka, air mata, bahkan darah yang tercurah pada saat perayaan ibadah dan Ekaristi di Gereja menjadi saksi hilangnya toleransi dan akal sehat.

Ledakan bom ini tidak hanya merusak harta benda, dan juga korban yang meninggal dunia dan beberapa orang luka berat, tetapi juga mengoyak kerukunan umat beragama yang sudah kita jaga.

"Oleh karena itu, kami menyampaikan kepada keluarga korban dan kepada bangsa Indonesia bahwa kami merasakan duka yang sangat dalam serta prihatin dengan peristiwa bom bunuh diri ini. Kami turut berduka cita, turut berbelasungkawa atas korban kemanusiaan yang telah meninggal dunia," tutur Yulius.

Persatuan ormas Katolik memandang persatuan dan kesatuan dan kebhinekaan adalah keniscayaan yang harus terus menerus dijaga dan dipertahankan sebagai bangsa yang berdaulat. Mereka memandang tragedi kemanusiaan ini telah melukai hati anak-anak bangsa.

Para pemimpin ormas Katolik di Indonesia menyatakan sikap sebagai bentuk keprihatinan atas peristiwa aksi bom bunuh diri yang terjadi di Surabaya pada 13 Mei 2018.

Pertama, mengutuk keras aksi segala macam bentuk aksi terorisme di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan menyerukan supaya tidak takut terhadap pelaku teror. Serta mendorong persatuan melawan segala bentuk aksi teror.

Kedua, mendesak sekaligus mendukung aparat keamanan, khususnya Polri untuk mengusut tuntas pelaku teror dan menanggulangi jaringan terorisme di NKRI. Hukum harus ditegakkan dan pelaku teror harus diproses melalui hukum yang berlaku.

Ketiga, mengajak semua pihak, khususnya umat Katolik di NKRI untuk menciptakan suasana yang kondusif di masyarakat, mempererat persatuan dan kesatuan sebagai anak bangsa untuk melawan kejahatan terorisme, dan tetap merawat komitmen kebangsaan.

Keempat, mendorong untuk bersama-sama membangun Indonesia dengan semangat kebersamaan, kegotong-royongan, mewujudkan solidaritas tanpa sekat tanpa terpecah belah oleh politik identitas dan ujaran kebencian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper