Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

UMM Dorong Pengembangan Teknologi Pangan Halal

Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mendorong pengembangan teknologi pangan halal dan baik lewat pembentukan kurikulum baru.
Elfi Anis Saati
Elfi Anis Saati

Bisnis.com, MALANG—Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) mendorong pengembangan teknologi pangan halal dan baik lewat pembentukan kurikulum baru.

Dosen Jurusan Ilmu Teknologi Pangan (ITP) Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP) UMM Elfi Anis Saati mengatakan masyarakat Indonesia yang mayoritasnya muslim, kebutuhan terhadap keamanan produk halal menjadi keharusan. Mulai dari produk pangan, obat-obatan hingga kosmetik.

“Maraknya produk yang belum jelas kehalalannya menjadi tantangan tersendiri bagi konsumen muslim,” katanya di Malang, Jumat (18/5/2018).

Karena itulah, UMM sebagai perguruan tinggi swasta Islam terkemuka di Tanah Air menaruh perhatian khusus terkait kehalalan produk.

Bekerja sama dengan Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, UMM telah membentuk Lembaga Pemeriksa Halal (LPH) sebagai salah satu wujud usaha membangun kesadaran masyarakat terkait pentingnya produk halal.

“Faktanya memang orang Indonesia, belum banyak yang sadar yang butuh produk halal,” ujarnya.

Dia salah satu tokoh yang berperan dalam berdiri dan berjalannya LPH UMM. Setelah LPH UMM berdiri, dibentuklah kurikulum baru untuk mencapai visi misi dari Fakultas Pertanian dan Peternakan (FPP), yakni mengembangkan teknologi pangan yang halal dan baik.

Pada 2018, dengan kurikulum tersebut terbentuklah mata kuliah baru yaitu Manajemen Pangan Aman dan Halal (MPAH). UMM menjadi satu-satunya kampus yang memiliki kurikulum ini di Indonesia.

Mata kuliah MPAH berisi materi yang didukung studi atau suvei, wisata halal pada akhir kuliah pada perusahaan, UKM, hotel, rumah sakit, katering, restoran, pondok pesantren, asrama, balai hingga sekolah full day.

Elfi menjelaskan terdapat beberapa syarat untuk membentuk Lembaga Pemeriksa Halal (LPH), yakni mempunyai kantor sendiri.

Selain itu, mempunyai minimal tiga auditor halal bersertifikasi MUI serta memiliki atau bekerjasama dengan laboratorium terakreditasi.

“Makanya saya berusaha mendapatkan lab terakreditasi terlebih dahulu,” ujarnya.

September 2017, laboratorium meraih ISO 17025. Ia mengaku, akreditasi laboratorium lebih rumit daripada akreditasi jurusan karena yang dinilai dua hal, yakni aspek manajemen dan aspek teknis.

“Sekarang, saya sedang mendorong beberapa lab untuk menyiapkan pengujian halal seperti alkohol, lemak babi, dan DNA babi,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Choirul Anam
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper