Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mantan Mata-Mata Rusia yang Diracun Keluar Dari Rumah Sakit

Sergei Skripal, mantan mata-mata Rusia, yang diracun saraf di Inggris lebih dari dua bulan lalu, keluar dari rumah sakit, kata dinas kesehatan Inggris, Jumat (18/5/2018).
Sergei Skripal berdiri di balik jeruji di ruang tahanan pengadilan Moskow, Agustus 2006./kyivpost.com-Press Service of Moscow District Millitary Court
Sergei Skripal berdiri di balik jeruji di ruang tahanan pengadilan Moskow, Agustus 2006./kyivpost.com-Press Service of Moscow District Millitary Court

Bisnis.com, LONDON -  Sergei Skripal, mantan mata-mata Rusia, yang diracun saraf di Inggris lebih dari dua bulan lalu, keluar dari rumah sakit, kata dinas kesehatan Inggris, Jumat (18/5/2018).

Sergei Skripal, 66, mantan kolonel intelijen militer Rusia, yang mengkhianati puluhan mata-mata untuk Inggris, dan putrinya, Yulia, ditemukan tidak sadarkan diri di bangku di kota Salisbury, Inggris selatan, pada 4 Maret.

Inggris menuduh Rusia berada di balik serangan racun saraf dan pemerintah Barat, termasuk Amerika Serikat, mengusir lebih dari 100 diplomat Rusia. Rusia membantah terlibat dalam peracunan tersebut dan membalasnya dengan tindakan sama.

Skripal berada dalam keadaan gawat berminggu-minggu dan dokter pada satu titik takut bahwa, bahkan jika selamat, mereka mungkin menderita kerusakan otak. Namun, kesehatan mereka membaik dengan cepat dan Yulia meninggalkan rumah sakit pada bulan lalu.

"Ini adalah berita menakjubkan bahwa Sergei Skripal cukup baik untuk meninggalkan Salisbury District Hospital," kata Kepala Eksekutif rumah sakit Cara Charles-Barks dalam sebuah pernyataan.

Para pengawas senjata kimia Inggris dan internasional mengatakan Skripal diracun dengan Novichok, sekelompok racun syaraf mematikan yang dikembangkan oleh militer Soviet pada 1970-an dan 1980-an.

Rusia membantah tuduhan Inggris atas keterlibatannya dalam penggunaan pertama racun syaraf seperti itu di tanah Eropa sejak Perang Dunia II serta menyebut Inggris melakukan serangan itu sendiri untuk memicu histeria anti-Rusia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : ANTARA/REUTERS

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper